Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pembiayaan hijau dari Indonesian Telecommunications Company (ITC) dengan fokus pada integrasi faktor Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG). Studi ini mengkaji kriteria kelayakan pendanaan, efektivitas mekanisme pembiayaan hijau, dan dampaknya terhadap praktik keberlanjutan anak perusahaan ITC, khususnya ITC Property. Penelitian ini juga mengevaluasi kesesuaian operasional ITC Property dengan tujuan ESG yang lebih luas dari ITC.
Dalam konteks meningkatnya kekhawatiran lingkungan global dan tekanan regulasi, perusahaan secara progresif mengintegrasikan faktor ESG ke dalam strategi bisnis mereka untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan. Industri telekomunikasi, dengan jejak lingkungan yang substansial dan rantai pasokan yang luas, berada di bawah pengawasan ketat. ITC, sebagai penyedia telekomunikasi terkemuka di Indonesia, menghadapi tantangan ganda untuk mempertahankan kinerja finansial sambil memenuhi standar keberlanjutan yang ketat. Kebutuhan untuk mengeksplorasi opsi pembiayaan hijau muncul dari kebutuhan untuk selaras dengan tren keberlanjutan global, meningkatkan reputasi perusahaan, dan menarik investor yang peduli ESG.
Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah: 1) Mengembangkan kerangka kerja komprehensif untuk mengintegrasikan pembiayaan hijau ke dalam kebijakan pendanaan ITC, yang mencakup aspek ESG; 2) Mengevaluasi kelayakan ITC Property untuk pendanaan hijau berdasarkan kontribusi mereka terhadap praktik bisnis berkelanjutan dalam ITC; dan 3) Mengidentifikasi strategi dan praktik terbaik untuk anak perusahaan ITC agar meningkatkan keselarasan mereka dengan tujuan keberlanjutan ITC.
Penelitian ini didasarkan pada hipotesis bahwa mengintegrasikan kriteria ESG ke dalam kebijakan pendanaan ITC tidak hanya akan meningkatkan kinerja keberlanjutan perusahaan tetapi juga meningkatkan stabilitas finansial dan daya tariknya bagi investor. Diasumsikan bahwa ITC Property, dengan penyesuaian dan keselarasan strategis yang memadai, dapat memenuhi kriteria pembiayaan hijau yang ditetapkan oleh ITC dan standar global lainnya.
Studi ini mengadopsi pendekatan metode campuran, menggabungkan teknik pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dengan pemangku kepentingan kunci di ITC, termasuk departemen yang terlibat dalam inisiatif keuangan dan keberlanjutan. Selain itu, laporan keuangan dan keberlanjutan dianalisis untuk menilai kinerja saat ini dan mengidentifikasi kesenjangan dalam integrasi ESG. Studi kasus praktik pembiayaan hijau di perusahaan telekomunikasi lain memberikan wawasan komparatif.
Tahapan penelitian meliputi: 1) Tinjauan Literatur: Tinjauan ekstensif penelitian yang ada tentang integrasi ESG dalam kebijakan pendanaan, mekanisme pembiayaan hijau, dan praktik keberlanjutan dalam industri telekomunikasi; 2) Pengumpulan Data: Melakukan wawancara dengan pemangku kepentingan dan mengumpulkan data kinerja keuangan dan ESG ITC Property; 3) Analisis Data: Menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menimbang pentingnya berbagai kriteria ESG dan mengintegrasikannya ke dalam kerangka kebijakan pendanaan ITC; 4) Pengembangan Kerangka Kerja: Menciptakan kerangka kerja pembiayaan hijau yang komprehensif yang selaras dengan tujuan strategis ITC dan standar keberlanjutan global; dan 5) Formulasi Strategi: Mengidentifikasi strategi yang dapat diambil oleh ITC Property untuk meningkatkan kinerja ESG dan kelayakan pendanaan hijau mereka.
Temuan menunjukkan bahwa ITC dapat secara signifikan meningkatkan kebijakan pendanaannya dengan mengembangkan kerangka kerja pembiayaan hijau yang komprehensif yang selaras dengan standar keberlanjutan global. Penilaian menyeluruh terhadap kesehatan keuangan dan kinerja ESG setiap anak perusahaan sangat penting untuk menentukan kelayakan pendanaan hijau. Strategi yang diusulkan untuk anak perusahaan ITC meliputi pengembangan kebijakan ESG yang komprehensif, melakukan penilaian rutin, meningkatkan pelaporan ESG, menumbuhkan budaya keberlanjutan, dan mengadopsi praktik pembiayaan dan investasi hijau.
Dengan mengimplementasikan rekomendasi ini, ITC dapat mengoptimalkan strategi pendanaannya, memperkuat inisiatif keberlanjutannya, dan menetapkan standar baru untuk keunggulan bisnis jangka panjang dalam industri telekomunikasi. Penelitian ini berkontribusi pada diskusi yang lebih luas tentang integrasi ESG, memberikan wawasan berharga bagi organisasi lain yang ingin meningkatkan praktik keberlanjutan mereka.
Kesimpulannya, studi ini menawarkan kerangka kerja yang kuat untuk mengintegrasikan kriteria ESG ke dalam kebijakan pendanaan perusahaan, menunjukkan bagaimana perusahaan telekomunikasi dapat menyeimbangkan kinerja finansial dengan tujuan keberlanjutan. Aplikasi sukses dari kerangka ini di ITC tidak hanya akan meningkatkan daya saing pasar tetapi juga berkontribusi positif pada upaya keberlanjutan global.