Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Kecelakaan kereta api tetap menjadi isu yang mendesak di Indonesia, dengan 156 insiden
yang dilaporkan antara tahun 2015 dan 2022, yang menyebabkan kerusakan materiil yang
signifikan dan ancaman serius terhadap keselamatan manusia. Hal ini memunculkan
kekhawatiran pada manajemen PT KAI, sebagai badan usaha milik negara Indonesia yang
bergerak di bidang perkeretaapian. Penelitian mengkonfirmasi bahwa kantuk mempengaruhi
perhatian, ingatan, kewaspadaan, waktu reaksi, dan koordinasi manusia, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kereta api. Salah satu metrik yang dapat
digunakan untuk mengkaji kantuk adalah parameter okulomotor. Namun demikian, kriteria
spesifik mengenai nilai ambang batas tingkat kantuk di kalangan operator kereta api,
khususnya di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai
kriteria kantuk dan mengembangkan algoritma deteksi kantuk berbasis parameter
okulomotor. Tujuan penelitian ini dicapai melalui eksperimen laboratorium dengan 8
partisipan yang memiliki karakteristik fisik menyerupai masinis, yang mengoperasikan
simulator kereta api selama 60 menit setelah tidur normal (8 jam) dan dalam kondisi kurang
tidur (tidak tidur selama 24 jam). Teknologi eye tracker digunakan untuk mengukur kantuk
secara objektif berdasarkan metrik durasi dan frekuensi kedipan, serta penilaian subjektif
menggunakan Karolinska Sleepiness Scale (KSS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa kurang tidur secara substansial mempengaruhi nilai kantuk subjektif, frekuensi
kedipan, dan durasi kedipan. Di antara semua indikator okulomotor, durasi kedipan
menunjukkan akurasi dan sensitivitas yang paling tinggi untuk mendeteksi kelelahan. Hasil
penelitian menunjukkan ambang batas untuk klasifikasi kantuk rendah atau kondisi fit,
frekuensi kedipan per jamnya berjumlah kurang dari 1071 dan durasi kedipan kurang dari
164 ms, kantuk moderat dengan frekuensi kedipan antara 1071 hingga 1262 dan durasi
kedipan antara 164 ms hingga 280 ms, serta kantuk berat dengan frekuensi kedipan per jam
lebih dari 1262 dan durasi kedipan lebih dari 280 ms. Nilai ini digunakan untuk merancang
sebuah algoritma yang bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah kedipan dan menghitung
rata-rata durasi kedipan, kemudian mengklasifikasikan tingkat kantuk masinis ke dalam tiga
kategori tersebut. Algoritma alat deteksi kantuk ini diharapkan dapat mendeteksi kondisi
kantuk masinis dengan akurat untuk menguji fitness for duty pada shift berikutnya. Temuan
diharapkan dapat bermanfaaat untuk meningkatkan keselamatan kereta api di Indonesia.
Untuk penelitian lanjutan, penambahan jumlah partisipan dan keikutsertaan masinis sebagai
partisipan penelitian dapat dilakukan agar hasil penelitian lebih baik secara statistika dan
representatif.