COVER Nandita Yasfi Nafisah
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Nandita Yasfi Nafisah
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Nandita Yasfi Nafisah
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Nandita Yasfi Nafisah
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Nandita Yasfi Nafisah
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Nandita Yasfi Nafisah
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Nandita Yasfi Nafisah
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan
Pengolahan limbah menggunakan fitoremediasi banyak memiliki kelebihan seperti
sistem kerja yang mudah, biaya yang relatif terjangkau, dan penurunan senyawa
toksik yang signifikan. Limbah cair tempe (LTp) yang dihasilkan oleh industri
pengolah kedelai dapat di fitoremediasi dengan menggunakan tanaman air. Sistem
fitoremediasi yang digunakan adalah free water surface (FWS) dengan kontainer
berukuran 70 x 48 x 42,5 cm menggunakan tanaman Limnobium laevigatum atau
frogbit. Fitoremediasi dilakukan dengan variasi kontrol tanpa limbah, LTp 10%,
dan LTp 25% selama 21 hari. Fitoremediasi LTp 10% menurunkan persentase TDS
56,73%, TSS 87,17%, COD 67,07%, amonia 72,72%, nitrat 50,48%, dan nitrit
83,75%. Fitoremediasi LTp 25% menurunkan persentase BOD terbesar yaitu
56,14%, meningkatkan pH dari 4,29 menjadi 6,47; meningkatkan kadar DO dari
4,23 mg/L menjadi 6,02 mg/L. Perolehan biomassa terbanyak dihasilkan dari LTp
10% dengan nilai relative growth rate (RGR) sebesar 0,031 g/g/hari. Tanaman
hasil fitoremediasi dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biokomposit berupa
hidrogel. Kandungan selulosa pada L. laevigatum dapat digunakan sebagai bahan
campuran dalam pembuatan hidrogel. Selulosa diperoleh dari delignifikasi
tanaman L. laevigatum melalui fermentasi dengan Aspergillus niger dan hidrolisis
asam. Variasi hidrogel yang dibuat yaitu tanpa selulosa, selulosa 5%, dan selulosa
10%. Penambahan selulosa pada hidrogel mampu meningkatkan kemampuan
hidrogel dalam menyerap air (swelling ratio) hingga 69,17; memiliki kemampuan
biodegradabilitas hingga 96,84% selama 30 hari, dan menjaga kelembapan tanah
hingga 52% selama 7 hari dibandingkan dengan hidrogel biasa tanpa campuran
selulosa. Hasil terbaik untuk ketiga parameter tersebut diperoleh dari hidrogel
selulosa 10%