digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER - Salsabilla Arrysa Putri
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 - Salsabilla Arrysa Putri
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Salsabilla Arrysa Putri
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Salsabilla Arrysa Putri
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Salsabilla Arrysa Putri
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Salsabilla Arrysa Putri
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Salsabilla Arrysa Putri
Terbatas  TINI SUPARTINI
» Gedung UPT Perpustakaan

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris) adalah sayuran yang menyediakan kebutuhan protein, vitamin, serta senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat bagi tubuh. Namun, produktivitas buncis di Indonesia masih tergolong rendah karena praktik budi daya yang masih mengandalkan pemakaian pupuk kimia sintetis. Pupuk kimia sintetis dapat merusak struktur tanah, mahal, dan ketersediannya semakin langka. Penerapan bahan organik (kompos) secara bersamaan dengan pupuk kimia sintetis dalam jumlah terbatas dapat memberikan pengaruh positif terhadap keseimbangan unsur hara dan kesuburan lahan. Upaya yang dapat dilakukan pada penerapan pupuk sintetis yang terbatas untuk meningkatkan produktivitas buncis adalah dengan memanfaatkan elisitor dan PGPR. Elisitor biosaka diketahui dapat menekan penggunaan pupuk kimia sintetis hingga 90%. PGPR (plant growth promoting rhizobacteria) adalah mikroorganisme hayati yang mampu meningkatkan pertumbuhan, hasil tanaman, dan kesuburan lahan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh pemberian PGPR A. chroococcum, penerapan elisitor biosaka, pada variasi konsentrasi pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis. Pada penelitian ini, digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor I adalah penggunaan PGPR yang terdiri atas 2 taraf yaitu A0: tanpa PGPR dan A1: dengan PGPR. Faktor II adalah pemberian pupuk NPK + elisitor biosaka yang terdiri atas 4 taraf yaitu P0 (tanpa elisitor biosaka + tanpa NPK), P1 (elisitor biosaka + 0% NPK), P2 (elisitor biosaka + 50% NPK), serta P3 (Tanpa elisitor biosaka + 100% NPK). Benih buncis diberi perlakuan biopriming menggunakan suspensi A. chroococum (108 CFU/ml) selama 4 jam yang disertai agitasi. Pemberian pupuk NPK pada tanaman dilakukan pada 1 MST, 4 MST, dan 7 MST. Elisitior biosaka diberikan dalam bentuk kabut dengan dosis 5 mL/16 L setiap 5 hari. Penanaman benih buncis dilakukan hingga masa panen selama 10 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian elisitor biosaka, konsentrasi pupuk NPK (0%, 50% dan 100%), dan biopriming benih meningkatkan pertumbuhan dan hasil buncis (Phaseolus vulgaris). Perlakuan biopriming dengan PGPR A. chroococcum (A1) memberikan hasil terbaik pada variabel pertumbuhan dan hasil tanaman buncis dibandingkan dengan perlakuan tanpa PGPR (A0). Populasi mikroorganisme pada media tanam saat akhir penanaman mengalami peningkatan dan pengaruhnya berbanding lurus terhadap peningkatan variabel pertumbuhan dan hasil tanaman buncis. Pemberian elisitor biosaka dan biopriming dengan PGPR A. chroococcum yang menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman terbaik, menunjukkan budi daya tanaman buncis dapat dilakukan lebih ramah lingkungan dan biaya lebih murah dengan pemakaian pupuk NPK sintetis yang berkurang 50% dari yang lazim digunakan saat ini