Reaktor nuklir tipe pebble bed reactor (PBR) adalah salah satu reaktor canggih tipe
high temperature gas-cooled reactor (HTGR) dengan konsep modular, serta
memiliki fitur keselamatan pasif dan inheren yang kuat. Pada desain tipe ini
berpotensi untuk dilakukan kogenerasi yang bermanfaat untuk pengolahan berbagai
mineral di berbagai pulau di Indonesia. Berbagai desain tipe reaktor ini sedang
dikembangkan di beberapa negara. Desain PBR yang paling dekat dengan
komersialisasi adalah desain HTR-PM yang merupakan kelanjutan dari program
HTR-10 yang sukses sebelumnya. HTR-PM menerapkan skema resirkulasi multipass di mana bahan bakar pebble akan diresirkulasi ke dalam teras hingga 15 kali.
Operasi PBR dapat lebih disederhanakan dengan menerapkan skema sirkulasi oncethrough-then-out (OTTO) di mana bahan bakar pebble hanya akan melewati teras
reaktor sekali. Konsep PBR dengan skema sirkulasi OTTO ini berbeda dengan
skema pengisian bahan bakar yang umumnya diterapkan pada desain PBR saat ini,
termasuk HTR-PM. Kendala dalam menerapkan skema sirkulasi OTTO adalah
adanya puncak rapat daya pada bagian atas teras yang dapat menyebabkan batasbatas keselamatan tidak dapat terpenuhi. Oleh karenanya, pada penelitian
sebelumnya telah dilakukan optimasi daya agar dapat mempertahankan fitur
keselamatan pada PBR berbasis HTR-PM dengan menerapkan skema sirkulasi
OTTO, di mana daya perlu diturunkan hingga 115 MWt tanpa mengubah geometri
teras dan komposisi bahan bakar desain HTR-PM.
Pada penelitian ini dilakukan optimasi geometri teras aktif sebagai lanjutan dari
penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak
kuantitatif dari perubahan geometri teras aktif terhadap performa teras PBR dan
mendapatkan desain optimasi geometri teras aktif pada PBR berbasis HTR-PM
dengan skema sirkulasi OTTO. Perangkat lunak PEBBED digunakan untuk
memperoleh teras setimbang PBR dengan melakukan berbagai variasi diameter dan
tinggi teras aktif. Sistem kode PEBBED digunakan untuk menghitung teras
setimbang dengan menyelesaikan persamaan difusi dan persamaan deplesi bahan
bakar dengan mengamati pergerakan aksial bahan bakar pebble selama operasi
reaktor. Hasil perhitungan memberikan data dampak penerapan berbagai variasi diameter
dan tinggi teras aktif berbeda. Selanjtunya diperoleh desain optimasi geometri teras
aktif PBR berbasis HTR-PM dengan skema siklus OTTO di mana diameter teras
aktif perlu sebesar 220 cm dan tinggi teras aktif perlu sebesar 687,559 cm agar
dapat mempertahankan fitur keselamatan reaktor. Kesederhanaan operasi reaktor
dan komponen yang lebih sedikit dengan skema sirkulasi OTTO tetap membuat
desain optimasi ini menjadi alternatif desain yang menarik, meskipun daya yang
diperoleh lebih kecil dari desain referensi. Oleh karenanya, dengan dilakukan
optimasi geometri teras aktif ini, membuat desain reaktor menjadi lebih menarik
dengan meningkatkan kesederhaan reaktor sehingga diharapkan konsep desain
PBR ini dapat diterapkan guna memecakan permasalahan pemerataan energi listrik
dan meningkatkan stabilitas ekonomi di berbagai pulau dan daerah terpencil
sebagaimana yang terdapat di Indonesia.