digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian artistik ini mengeksplorasi "Identitas Kintsugi," yang terinspirasi dari seni Kintsugi Jepang, di mana objek yang rusak diperbaiki dengan pernis emas, merayakan ketidaksempurnaan dan melambangkan penerimaan diri. Studi ini menyelami kompleksitas identitas manusia, dengan fokus pada individu yang menavigasi berbagai identitas budaya, nasional, dan pribadi. Identitasidentitas ini, mulai dari gender, etnis, dan kebangsaan, hingga keyakinan agama, profesi, dan afiliasi politik, baik yang diwariskan maupun diperoleh, sering kali menyebabkan konflik internal dan tantangan psikologis. Tujuan riset ini adalah untuk memahami bagaimana individu mengelola identitas yang beragam ini dan bagaimana metafora Kintsugi dapat mengintegrasikan bagianbagian ini menjadi satu kesatuan yang kohesif. Penelitian ini menggunakan perspektif psikologi, filsafat, dan studi budaya, dengan metode kualitatif yang berujung pada proyek seni yang unik. Proyek ini memperluas dan melampaui makna Kintsugi sebagai teknik tradisional memperbaiki keramik, dengan menggunakannya sebagai kerangka metaforis untuk menyatukan fragmen identitas pribadi dan budaya. Pendekatan artistik ini memungkinkan individu untuk mengeksplorasi dan merayakan penggabungan identitas mereka yang beragam, mengubah bekas luka menjadi simbol kekuatan dan pertumbuhan. Serta menghubungkan Identitas Kintsugi dengan filosofi Jepang wabi-sabi, yang menekankan keindahan dalam ketidaksempurnaan seiring berjalannya waktu. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan bagi dunia akademis dengan menawarkan perspektif baru tentang identitas dan ketahanan, memberikan wawasan tentang cara menavigasi identitas yang beragam dan tantangan terkait menggunakan seni sebagai alat transformasi. Penelitian artistik ini mempergunakan pendekatan instalasi keramik sebagai kerangka metaforis baru untuk merepresentasikan pertumbuhan pribadi dan penerimaan diri dalam kaitan framen identitas personal dan budaya. Penelitian ini mendorong individu untuk mengeksplorasi kompleksitas identitas mereka dan merayakan bekas luka mereka sebagai simbol kekuatan dan pertumbuhan.