ABSTRAK_Nabilla Putri Maharani
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan
Dalam perannya sungai-sungai yang ada di Kota Palembang ini telah menjadi budaya dan sejarah yang tak terlupakan. Sungai Musi, sungai utama di Kota Palembang, memiliki peran besar terhadap kehidupan masyarakat. Di sungai tersebut masyarakat bermukim dan melakukan kegiatan sehari-hari. Akan tetapi, perlahan mulai terjadi pergeseran orientasi pembangunan Kota Palembang yang semakin berorientasi ke arah darat. Perubahan tidak hanya tercermin dari bangunan saja tetapi tatanan masyarakatnya juga turut mengalami perubahan. Secara global, jumlah nelayan di Indonesia sebanyak 1,27 juta orang hingga akhir tahun 2022. Jumlah itu berkurang 5,22% dibandingkan setahun sebelumnya sebanyak 1,34 juta orang. Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Selatan, nelayan yang tercatat sebanyak 9.142 orang pada akhir tahun 2022. Data Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022 menyatakan bahwa nelayan di Sumatera Selatan sudah berada di taraf sejahtera. Namun, hal ini berbalik dengan pengakuan para nelayan di lapangan yang mengeluhkan rendahnya pendapatan harian dari menangkap ikan. Rendahnya kesejahteraan nelayan diakibatkan dua faktor utama yaitu minimnya akses (akses terhadap peminjaman modal yang aman dan tidak merugikan, akses terhadap eduka mengenai sistem tangkap yang berkelanjutan, dan akses terhadap sarana dan prasarana) dan penurunan kualitas komoditas akibat overfishing dan pencemaran sungai. Untuk menjawab permasalahan tersebut, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan kajian terhadap preseden terdahulu. Sebuah studi yang ditulis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengungkapkan bahwa perikanan di area pesisir Jepang umumnya dioperasikan dalam skala kecil atau bahkan perorangan dan dalam mengembangkan perikanan di area tersebut, komunitas memiliki peran vital. Komunitas bersifat fleksibel, mendukung terjadinya pertukaran ilmu antar nelayan, dan memotivasi para nelayan untuk melindungi area tangkapan bersama. Dalam menciptakan sebuah ruang komunitas (community hub), perlu didefinisikan secara jelas komunitas apa yang menjadi tujuan dari penciptaan ruang tersebut. Dalam upaya mendefinisikan ruang dari permasalahan ini, ditemukan fakta bahwa istilah fishing hub telah banyak digunakan pada kasus-kasus serupa. Apabila diartikan secara harfiah, fishing hub adalah pusat kegiatan perikanan. Hal ini menunjukan fungsi yang ingin diakomodasi berfokus pada ikan (komoditas). Sedangkan, solusi yang diharapkan dari permasalahan ini berfokus pada nelayan (pengguna). Maka dari itu, dimunculkan istilah baru yaitu “Fisherfolk Hub”, sebuah pusat kegiatan (hub) yang berfokus pada pengguna (fisher) dan terciptanya komunitas yang kuat (folk). Proyek ini bertujuan untuk mengupayakan pemberdayaan nelayan di sekitar Sungai Musi dengan menghadirkan ruang yang berorientasi pada terciptanya komunitas yang kuat. Untuk mencapai visi tersebut, disusun 3 (tiga) misi yaitu (1) menjadikan proyek ini sebagai pusat kegiatan dengan fungsionalitas tinggi, (2) menghadirkan ruang-ruang sosial melalui sirkulasi dengan banyak titik pertemuan, dan (3) mengedepankan ciri khas Kota Palembang sebagai waterfront city. Proyek dibangun di atas lahan seluas 16.800 m2 dan terletak di Jalan Benteng, 9/10 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Pada proses perancangannya, terdapat 4 (empat) prinsip utama yang ingin diwadahi dan dijawab yaitu (1) Facilitating, (2) Growing, (3) Connecting, dan (4) Uniqueness. Maksud dari facilitating adalah menciptakan pusat kegiatan yang menyediakan berbagai layanan berkualitas tinggi untuk mewadahi berbagai macam kebutuhan pengguna. Kemudian, growing merupakan penghadiran ruang-ruang yang mendorong terjadinya pertukaran ilmu secara informal. Connecting diartikan sebagai lingkungan yang meningkatkan interaksi sosial antar pengguna baik disengaja maupun tidak disengaja. Terakhir, uniqueness merupakan upaya untuk mengelevasi keberadaan Sungai sebagai elemen penting pada Kota Palembang dan mengembalikan citra waterfront city. Konsep-konsep tersebut ditranslasikan dalam bentuk arsitektur melalui program ruang yang disusun sedemikian rupa. Sebesar 73.8% dari total luas bangunan digunakan untuk keperluan komersial seperti pasar ikan, tempat pelelangan ikan (TPI), dan foodcourt. Kemudian, sebesar 14.9% dari total luas bangunan memiliki fungsi sosial dan edukasi seperti ruang workshop dan area komunal. Pada ruang luar terdapat plaza dan area hijau beserta dermaga kecil. Proyek ini juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang lainnya.