digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK NABIELA KUSDARNINGRUM KUSUMA
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Kebutuhan air merupakan salah satu aspek vital yang harus dipenuhi untuk mendukung kehidupan sehari-hari, pertanian, dan kegiatan industri. Kebutuhan air di Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang dilayani oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung. Seiring dengan peningkatan populasi, perkembangan industri, dan berkurangnya luas tutupan lahan hutan, ketiga kabupaten tersebut mengalami peningkatan kebutuhan air yang signifikan. Namun, ketersediaan air yang ada di DAS Ciujung tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menghitung neraca air, mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan air, serta mensimulasikan alokasi air menggunakan program WEAP (Water Evaluation and Planning) di wilayah DAS Ciujung. Perhitungan debit pada pemodelan WEAP sudah mirip dengan debit aktual yang diukur dengan AWLR (Air Water Level Recorder) dengan nilai r sebesar 0,93 dan r² sebesar 0,87. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ketersediaan air pada DAS Ciujung berasal dari tigabelas sub-DAS dengan kontribusi debit terbesar dari sub-DAS Jembatan Rangkasbitung yang mencapai 32,54 m³/s. Kebutuhan air di DAS Ciujung terbagi dalam empat sektor, yaitu domestik (30,96 m³/s), irigasi (374,78 m³/s), industri (29,89 m³/s), serta pemeliharaan sungai dan kehilangan air (57,19 m³/s). Analisis neraca air menunjukkan bahwa DAS Ciujung mengalami defisit air secara keseluruhan, namun terdapat surplus pada bulan Januari, Mei, dan Desember. Berbagai skenario dianalisis untuk memperkirakan neraca air di masa depan. Skenario pertama hingga ketiga menggunakan variasi ketersediaan air (Q10, Q20, Q50) yang menunjukkan surplus air. Skenario keempat menggunakan variasi ketersediaan air dengan probabilitas Q90 yang menunjukkan mayoritas periode mengalami defisit air dan beberapa periode mengalami surplus air. Skenario kelima menunjukkan peningkatan konsumsi air (return flow) di sektor industri sebesar 90% dan peningkatan intake oleh industri sebesar 10% yang menghasilkan defisit air dari akhir bulan Juni hingga awal November serta awal April dengan surplus pada bulan-bulan lainnya. Skenario keenam melibatkan penurunan luas area irigasi sebesar 14,94% akibat alih fungsi lahan, skenario ini menunjukkan defisit air pada awal bulan April dan akhir Juni hingga awal November dengan kondisi surplus pada bulan-bulan yang lainnya. Skenario ketujuh menunjukkan peningkatan cakupan PDAM Lebak sebesar 25% dan PDAM Tirta Albantani sebesar 45%, skenario ini menghasilkan defisit air dari akhir bulan Maret hingga awal April dan dari bulan Juni hingga November dengan kondisi surplus pada bulan-bulan yang lainnya. Skenario kedelapan, merupakan kombinasi dari penurunan luas area irigasi sebesar 14,94%, peningkatan konsumsi air (return flow) menjadi 90% dan peningkatan intake air pada sektor industri sebesar 10%, peningkatan cakupan PDAM Lebak dan PDAM Tirta Albantani masing-masing sebesar 25% dan 45%, serta ketersediaan air menggunakan debit Q80. Skenario ini menunjukkan defisit air dari akhir bulan Maret hingga awal bulan April dan terjadi defisit kembali pada bulan Juni hingga bulan November dengan kondisi surplus pada bulan-bulan yang lainnya.