digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - KATERINA NAISANU
PUBLIC Irwan Sofiyan

Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) adalah penyebab utama pandemi Coronavirus disease-2019 (COVID-19) yang mempengaruhi kehidupan jutaan orang diseluruh dunia dengan tingkat infektivitas dan kematian yang tinggi. Salah satu cara mendeteksi SARS-CoV-2 untuk pengujian awal adalah dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) yang menggunakan antibodi spesifik untuk mengikat virus SARS-CoV-2 tersebut. Umumnya digunakan IgG dari mamalia sebagai antibodi spesifik untuk mengikat antigen target pada RDT yang dikembangkan, namun untuk mengembangkannya diketahui memerlukan waktu yang cukup lama dengan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedekatan metode yang lebih efisien dan ekonomis dengan dikembangkannya poliklonal IgY dari kuning telur ayam. Selain itu, penggunaan antigen untuk imunisasi juga berpengaruh pada imunogenisitas antibodi sehingga pada penelitian ini digunakan antigen yang didesain dari protein S dan NSP3 SARS-CoV-2 yaitu Peptida multiepitop SARS-CoV-2 yang dapat menginduksi sistem imun humoral dan seluler inang. Sebanyak empat ekor ayam yang diimunisasi secara intramuskular menggunakan antigen Peptida multiepitop SARS-CoV-2 dan sebagai kontrol digunakan satu ekor ayam yang tidak diimunisasi. IgY diisolasi dari telur ayam dan kemudian dikarakterisasi lebih lanjut menggunakan metoda SDS-PAGE. Pengujian antigenisitas dari IgY dilakukan dengan metoda ELISA menggunakan antigen Peptida multiepitop SARS-CoV-2 dan sampel pasien positif COVD-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pita protein terduga IgY teramati pada gel SDS-PAGE dengan dua berat molekul yang berbeda yaitu heavy chain (H) pada ukuran sekitar 68 kDa dan light chain (L) pada ukuran 25 kDa. Hasil uji ELISA menunjukkan IgY anti Peptida multiepitop dapat mengenali antigen Peptida multiepitop SARS-CoV-2, jika dibandingkan dengan IgY kontrol (IgY dari ayam yang tidak imunisasi) (p<0,05). Sementara itu, hasil pengujian poliklonal IgY anti Peptida multiepitop dengan sampel pasien positif COVID-19 pada variasi konsentrasi (1:100; 1:1000; 1:10.000) menunjukkan nilai rata-rata dengan signifikansi (p<0,05), namun diketahui bahwa poliklonal IgY anti Peptida multiepitop yang dikembangkan ini masih perlu dilakukan uji sistem ELISA lebih lanjut dikeranakan titer hasil uji masih dibawah limit deteksi sehingga perlu dilakukannya pengujian lebih lanjut pada sampel pasien positif COVID-19. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan antibodi poliklonal immunoglobulin Y (IgY) anti Peptida multiepitp berhasil dikembangkan, namun perlu dilakukan uji lebih lanjut pada pengenalan antibodi poliklonal IgY anti Peptida multiepitop SARS-CoV-2 terhadap sampel pasien positif COVID-19 untuk memastikan potensinya dalam pengembangan Rapid Diagnostic Test (RDT).