Penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemampuan Dimer-based Screening System
(DBSS) sebagai sistem penapisan high-throughput yang menarget protein SARS-CoV-2 yaitu
C-terminal domain (CTD) protein nukleokapsid (N). Penapisan ini bergantung pada
kompatibilitas struktur senyawa pada sisi dimerisasi protein fusi AraC-CTD N, namun terdapat
peluang false positive apabila terjadi interaksi senyawa dengan AraC. Diperlukan metode lain
untuk mengkonfirmasi interaksi senyawa dengan protein target antivirus, salah satunya dengan
metode chemical cross-linking yang memungkinkan pengamatan interaksi antara senyawa
antivirus dan protein target secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandidat
senyawa antivirus menggunakan pendekatan in silico dan metode DBSS, sekaligus menguji
hasil yang diperoleh menggunakan metode chemical cross-linking. Kandidat antivirus yang
diujikan adalah curcumin, porphyrin, dan bentuk senyawa carbon-nanodots (curcumin-dots
dan porphyrin-dots). Penapisan senyawa secara in silico dilakukan dengan molecular docking
menggunakan AutoDock Vina, sedangkan pengujian secara in vitro dilakukan menggunakan
sistem DBSS CTD N SARS-CoV-2 yang telah dikembangkan sebelumnya. Senyawa terbaik
hasil uji molecular docking dan DBSS dikonfirmasi interaksi dan kemampuan penghambatan
dimerisasinya terhadap CTD N SARS-CoV-2 menggunakan metode cross-linking dengan
optimasi konsentrasi crosslinker BS3 dan durasi inkubasi. Protein rekombinan diperoleh dari
plasmid ekspresi pET23a(+)_CTD N (~3950 bp). Visualisasi hasil cross-link dilakukan
menggunakan metode SDS-PAGE dan western blotting. Konfirmasi kemampuan inhibisi
dimerisasi senyawa uji dilakukan dengan menambahkan variasi konsentrasi senyawa pada
reaksi cross-linking. Hasil in silico menunjukkan senyawa dengan persentase interaksi
terhadap residu dimerisasi tertinggi, yaitu curcumin-dots (28.57%), diikuti oleh porphyrin
(14.28%) dan curcumin (14.28%). Hasil ini didukung dengan pengujian DBSS yang
menunjukkan senyawa dengan kemampuan inhibisi dimerisasi tertinggi (nilai fluoresensi
relatif), yaitu curcumin-dots (3417.2 RFU), diikuti oleh porphyrin-dots (2523.1 RFU),
curcumin (2377.9 RFU) dan porphyrin (2059.7 RFU). Dari kedua hasil tersebut, curcumindots
digunakan sebagai senyawa yang divalidasi lebih lanjut dengan cross-linking. Metode
cross-linking terkonfirmasi berhasil menyebabkan dimerisasi protein CTD N SARS-CoV-2
dengan adanya pita protein dimer (~29 kDa) pada penambahan crosslinker BS3 berdasarkan
hasil SDS-PAGE dan western blotting. Konfirmasi kemampuan senyawa uji dengan crosslinking
menunjukkan bahwa penambahan curcumin-dots (1000, 1500, dan 2000 ?g/mL) pada
reaksi cross-link berhasil mengurangi keberadaan protein dimer (~29 kDa) dibandingkan
kontrol 0 ?g/mL. Dapat disimpulkan bahwa metode molecular docking dan DBSS berhasil
menunjukkan kemampuan penghambatan dimerisasi CTD N SARS-CoV-2 pada seluruh
kandidat senyawa antivirus, serta chemical cross-linking berhasil mengkonfirmasi kemampuan
curcumin-dots untuk berinteraksi dan menghambat dimerisasi CTD N SARS-CoV-2.