Infrastruktur di Indonesia terus berkembang sampai sekarang, hal ini menyebabkan banyak dijumpai bangunan ataupun struktur yang dirancang dengan SNI 1726:2002, yang berpotensi menghadapi berbagai defisiensi struktural dalam hal ketahanan terhadap gempa. Mengingat wilayah Indonesia yang rawan gempa, evaluasi dan perbaikan terhadap bangunan-bangunan ini menjadi krusial untuk memastikan keselamatan penghuninya. Penggunaan RSNI XXXX:20XX (ASCE 41-17) sebagai metode evaluasi menawarkan pendekatan komprehensif untuk menilai kinerja seismik bangunan yang ada. Dalam studi ini, ketidakberaturan geometri, ketidakpatuhan terhadap standar pelapisan pelat, rangka pracetak, dan tegangan geser pada kolom ditemukan melalui analisis Tier 1. Selanjutnya, analisis Tier 3 menggunakan Prosedur Statik Linier (PSL) mengidentifikasi bahwa banyak elemen struktural seperti balok, kolom, sambungan, dan dinding geser tidak memenuhi kriteria penerimaan untuk kapasitas lentur dan geser di bawah beban gempa BSE-1E dan BSE-2E. Prosedur Statik Nonlinier (PSN) juga menunjukkan adanya elemen yang berisiko kolaps pada kolom. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk merumuskan strategi retrofit yang dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan daktilitas struktur, sehingga memperkuat bangunan terhadap potensi kerusakan akibat gempa. Hasil analisis menegaskan perlunya tindakan retrofit yang ditargetkan untuk meningkatkan ketahanan seismik bangunan.