Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang umum terjadi, disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Dalam rangka mencegah karies gigi, dibutuhkan suatu langkah preventif, salah satunya berkumur dengan gargarisma. Akan tetapi, saat ini banyak sediaan gargarisma mengandung klorheksidin yang memberikan efek samping berupa perubahan warna gigi dan penurunan pH saliva sehingga akan menjadi masalah pada keseimbangan mikrobiota rongga mulut. Herba timi (Thymus vulgaris) merupakan salah satu tumbuhan dengan aktivitas antibakteri yang baik, khususnya dalam minyak atsiri. Dalam produksi minyak atsiri dengan distilasi uap, terdapat air distilat atau hidrosol yang dianggap sebagai limbah produksi. Sebanyak 100 gram simplisia dengan 1500 mL akuades akan didistilasi dan sebanyak 300 mL hidrosol pertama yang memiliki aktivitas antibakteri berdasarkan hasil uji difusi cakram. Pengujian dilanjutkan ke mikrodilusi, diperoleh informasi konsentrasi 50% merupakan KHM dan KBM hidrosol herba timi. Uji koefisien fenol dilakukan untuk menentukan konsentrasi hidrosol dalam formulasi, diperoleh konsentrasi 45% masih dapat membunuh bakteri sehingga konsentrasi tersebut dipilih dan dilanjutkan ke formulasi. Formulasi sediaan gargarisma adalah hidrosol, natrium sakarin, propilparaben, metilparaben, natrium sitrat, asam sitrat, etanol, gliserin, perisa mint, dan akuades. Diperoleh pH 5.87±0,02 dengan viskositas 0.99 mPa.s untuk sediaan akhir. Uji hedonik yang dilakukan memberikan hasil gargarisma hidrosol masih perlu ditingkatkan perihal aroma dan kesegarannya. Uji konfirmasi menghasilkan aktivitas antiseptik gargarisma di pasaran lebih baik dibandingkan gargarisma hidrosol herba timi, tetapi hasil uji kontak menunjukkan gargarisma hidrosol herba timi memiliki kemampuan bakterisidal karena memiliki daya bunuh sebesar 99,9% pada waktu kontak 120 detik.