digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Latif Marthakusuma
PUBLIC Irwan Sofiyan

Amblesan tanah telah menjadi masalah yang signifikan bagi beberapa kota di Indonesia tepatnya di kota-kota pesisir. Dalam 20 tahun terakhir, Kota Pekalongan merupakan salah satu kota yang mengalami amblesan tanah paling cepat di Pulau Jawa. Faktor utama penyebab amblesan tanah yaitu faktor alamiah (konsolidasi alamiah) dan faktor antropogenik (pengambilan airtanah dan penambahan beban bangunan) serta dapat disebabkan oleh keduanya. Pemantauan amblesan tanah di Kota Pekalongan sudah dilakukan sejak 2007 menggunakan metode InSAR, hasil dari pemantauan InSAR sebesar 10–11 cm/tahun. Hal tersebut melatarbelakangi studi mengenai kontribusi dari faktor mana yang paling berpengaruh dan berapa besaran dari masing masing faktor yang dapat mengakibatkan amblesan tanah. Metode yang digunakan dalam analisis amblesan tanah yaitu metode konsolidasi satu dimensi Terzaghi dengan model analitik dan validasi menggunakan numerik pada masing masing faktor. Analisis amblesan tanah dilakukan pada 7 titik: Bor 1, Bor 2, Bor 3, Bor 4, CPTu 4, CPTu 7, dan CPTu 9. Hasil analisis menunjukan faktor alamiah yaitu konsolidasi alamiah memiliki kontribusi sebesar 0,3–1,91 m dalam rentang tahun 2013–2023. Konsolidasi alamiah di Kota Pekalongan akan terus berlangsung hingga tahun 2028–3593, dengan besaran maksimum 0,3–1,91 m. Faktor antropogenik akan mempercepat proses konsolidasi yang terjadi. Ekstraksi airtanah memiliki kontribusi 0,03–0,16 m dalam rentang tahun 2013– 2023 dan penambahan beban bangunan memiliki kontribusi 0,0003–0,03 m dalam rentang tahun 2013–2023. Dalam 10 tahun terakhir ekstraksi airtanah lebih berperan besar dalam bahaya amblesan tanah yang terjadi di Kota Pekalongan. Faktor antropogenik akan mempercepat laju amblesan tanah sebesar 0,4–1,75 cm/tahun atau mempercepat sekitar 15–42%. Perbandingan metode analitik dan numerik pada ketiga faktor, memberikan hasil yang tidak begitu jauh selisihnya hanya berkisar 0,0004–0,1 m. Persentase kemiripan hasil yang didapatkan berkisar antara 4,9–37,5%. Perbedaan hasil yang cukup kecil ini menunjukan bahwa metode analitik masih dapat digunakan.