Amblesan tanah merupakan kejadian bahaya geologi yang banyak terjadi di beberapa kota besar di dunia dan mengakibatkan banyak kerugian, salah satunya pada wilayah Cekungan Bandung. Cekungan Bandung berada pada koordinat 107°35’0’’ BT, -6°54’30’’ LS sampai dengan 107°50’0’’ BT, -7° 4’0’’ LS, tepatnya berada pada Formasi Kosambi yang secara administrasi mencakup Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Cekungan Bandung telah mengalami amblesan tanah dengan rata-rata kecepatan penurunan 8 – 23 cm/tahun dari hasil pengukuran Global Positioning System (GPS) dan Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR). Faktor penyebab amblesan tanah di Cekungan Bandung belum diketahui secara rinci. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi faktor alamiah (konsolidasi alamiah) dan faktor antropogenik (penurunan muka airtanah dan pembebanan bangunan), serta mengevaluasi kontribusi masing-masing faktor terhadap amblesan tanah di Cekungan Bandung. Metode yang digunakan yaitu metode konsolidasi satu dimensi dengan model analitik dan numerik pada masing-masing faktor. Data penelitian menggunakan 11 titik bor yang tersebar di Cekungan Bandung, properti geoteknik lapisan, data penurunan muka airtanah, dan data penambahan beban bangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor konsolidasi alamiah berkisar antara 0,06 – 6,54 m dengan waktu amblesan maksimum akan tercapai dalam rentang tahun 726,94 – 5935,68 tahun. Pengaruh faktor antropogenik berupa penurunan muka airtanah berkisar 0,006 – 1,93 m dan faktor penambahan beban bangunan berkisar 0,006 – 2,21 m. Perhitungan dengan menggunakan model analitik dan numerik memberikan hasil yang berkorelasi positif pada ketiga faktor yang dianalisis. Persentase kemiripan hasil yang didapatkan berkisar antara 13,5 – 25,6%. Berdasarkan hasil analisis, faktor konsolidasi alamiah berkontribusi lebih dari 50% dari total amblesan yang terjadi. Faktor antropogenik (penurunan MAT dan penambahan beban bangunan) mempercepat laju amblesan tanah sebesar 0,4 – 15,5 cm/tahun atau 18 – 61%. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap upaya mitigasi agar nantinya dapat ditangani dengan tepat.