Gempa yang terjadi di Yogyakarta pada tanggal 26 Mei 2006 disebabkan oleh pergerakan sesar Opak akibat penujaman lempeng tektonik pada zone subduksi lempeng Australia dan lempeng Eurasian. Gempa bumi tersebut mengakibatkan getaran gelombang yang disebut gelombang seismik.
Pada saat ini karakteristik gelombang seimik dapat dipelajari dari solusi koordinat kinematik stasiun GPS High-Rate interval 1 detik. Dengan menggunakan metode pengolahan Pseudo Kinematik Software Bernese dari data GPS High-Rate antara stasiun Yogyakarta (JOG2) dengan stasiun Diego Garcia (DGAR) yang berjarak sekitar 4000 Km, diteliti permasalahan yang terjadi akibat pengaruh basline yang panjang.
Dari hasil pengolahan data GPS High-Rate tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama untuk menentukan karakteristik gelombang seismik dari baseline panjang GPS adalah pada data penentuan resolusi ambiguitas fase karena masih signifikannya residu kesalahan dan bias (Contoh : Bias Ionosfer, Bias Troposfer, Kesalahan Orbit) serta pengaruh dari residu kesalahan bias tersebut pada solusi koordinat.