digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Minyak kelapa merupakan bahan baku utama yang digunakan pada pembuatan surfaktan betaine atau cocamidopropyl betaine (CAPB), yang banyak digunakan dalam produk pembersih serta perawatan diri. Namun, Indonesia masih mengimpor CAPB sebesar 15.000 ton yang senilai dengan 20 juta USD pada tahun 2020. Salah satu bahan baku yang berpotensi menjadi padanan minyak kelapa dalam pembuatan surfaktan tersebut adalah minyak ini kelapa sawit. Surfaktan betaine yang berasal dari minyak inti kelapa sawit (palm kernelamidopropyl betaine, PKAPB) diproduksi melalui dua tahap reaksi, yaitu reaksi amidasi dan reaksi karboksimetilasi. Saat ini, produksi PKAPB masih dilakukan pada skala laboratorium dan belum memenuhi spesifikasi produk CAPB komersial. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas surfaktan PKAPB dan meningkatkan skala produksi PKAPB dengan umpan sebesar 1,25 kg splitted palm kernel fatty acid (SPKFA)/batch. Produksi PKAPB dilakukan secara duplo pada skala laboratorium dengan variasi reaksi amidasi, yaitu laju alir nitrogen (dalam ml/menit) sebesar 25; 50; 75; 100; 150; 200; tanpa nitrogen; dan flushing nitrogen di awal reaksi dengan laju 100 ml/menit selama 15 menit serta variasi jumlah make-up dimethylaminopropyl amine (DMAPA) di tengah reaksi amidasi sebesar 0%; 15%; 30%; dan 45%. Parameter analisis PKAPB, yaitu kandungan bahan aktif, angka asam, viskositas, warna produk, pH, densitas, kadar NaCl, dan kadar air. Hasil percobaan menunjukkan bahwa peningkatan laju aliran nitrogen hingga 100 ml/menit dan penambahan minimal 30% DMAPA selama reaksi amidasi dapat meningkatkan kualitas PKAPB. Kombinasi laju alir nitrogen 75 ml/menit dan 45% DMAPA pada skala semi pilot menghasilkan surfaktan PKAPB yang mendekati spesifikasi CAPB komersial, meskipun penyesuaian lebih lanjut diperlukan untuk warna dan viskositas produk.