ABSTRAK Muhammad Nuril Akbarrur R.
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Muhammad Nuril Akbarrur R.
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Nuril Akbarrur R.
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Nuril Akbarrur R.
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Nuril Akbarrur R.
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Muhammad Nuril Akbarrur R.
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Muhammad Nuril Akbarrur R.
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Batubara menjadi salah satu sumber energi utama dalam memenuhi kebutuhan
energi di Indonesia. Batubara lignit, dengan karakteristik nilai kalori rendah dan
kandungan moisture yang tinggi, merupakan salah satu cadangan batubara terbesar
di Indonesia, namun terbatas dalam pemanfaatannya karena kurang efisien ketika
dibakar dan cenderung mudah swa-bakar. Oleh karenanya, diperlukan upaya
peningkatan kualitas (upgrading) batubara lignit, salah satunya dengan cara
pemanasan. Penelitian ini mempelajari pengaruh variasi temperatur pemanasan
terhadap karakteristik dan kualitas, reaktivitas pembakaran, dan perilaku
penyerapan air kembali batubara lignit untuk menentukan temperatur optimal.
Pada penelitian ini, batubara lignit digunakan sebagai raw material, yang
dipreparasi dengan mereduksi ukurannya hingga rentang ukuran batubara -20 + 5
mm. Sebagian sampel dipisahkan dan dinamai batubara raw, sedangkan sampel
lainnya diberikan perlakuan pemanasan dalam muffle furnace pada variasi
temperatur; 60 ?, 100 ?, 150 ?, 200 ?, 300 ?, 400 ?, dan 500 dengan laju
peningkatan temperatur 5 ?/menit dan waktu tahan selama 2 jam dibawah
atmosfer inert (1,5-liter N2/menit). Batubara raw dan batubara produk upgrading
lalu dikarakterisasi dengan analisis distribusi ukuran partikel (PSD), analisis
proksimat, uji nilai kalori, analisis ultimat, dan analisis fourier transform infrared
spectroscopy (FTIR), serta uji reaktivitas pembakaran dalam analisis
thermogravimetric-differential scanning calorimetry (TG-DSC) dan uji penyerapan
air kembali, baik pada lingkungan terkontrol maupun pada lingkungan terbuka.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel batubara bergeser
menuju fraksi ukuran yang lebih halus seiring dengan meningkatnya temperatur
pemanasan. Temperatur pemanasan 150 ? merupakan temperatur dengan yield
energi optimal karena kandungan moisture telah menurun, namun kandungan
volatile matter mulai berkurang. Kandungan ash, fixed carbon, dan nilai kalori
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya temperatur pemanasan
hingga 500 ?. Seiring meningkatnya temperatur hingga 500 ?, terjadi
peningkatan kandungan unsur C dan penurunan unsur H dan O, sedangkan
kandungan unsur N dan S relatif tidak berubah secara signifikan setelah proses
upgrading berlangsung. Perubahan tersebut juga sejalan dengan perubahan struktur
kimia batubara yang terlihat pada hasil analisis FTIR pada gugus fungsi -OH, -C=O,
-C-O-, dan metil alifatik. Uji reaktivitas pembakaran mengindikasikan bahwa
temperatur pemanasan yang lebih tinggi menghasilkan batubara upgrading yang
lebih sulit habis terbakar dan lebih sulit mengalami swa-bakar. Proses upgrading
batubara juga dapat mengurangi penyerapan air kembali (setelah 72 jam) baik
dalam kondisi lingkungan terkontrol maupun terbuka.