Berbagai kota besar di dunia saat ini beralih menyediakan transportasi umum
sebagai bentuk solusi dalam menangani masalah mobilitas masyarakat, mengurangi
kemacetan lalu lintas, serta mengatasi isu polusi lingkungan. Kota Bandung sebagai
salah satu metropolis di Indonesia, menawarkan berbagai alternatif angkutan umum
bagi penduduknya, yaitu Angkot, Trans Metro Bandung (TMB), dan Trans Metro
Pasundan (TMP). Jumlah kendaraan bermotor pribadi di Kota Bandung mencapai
2 juta saat ini, hampir setara dengan jumlah penduduknya. Ini menunjukkan bahwa
angkutan umum masih bukan pilihan utama bagi masyarakat untuk melakukan
perjalanan. Sistem integrasi hadir sebagai solusi dalam meminimalkan
permasalahan angkutan umum seperti perpindahan antar moda yang dianggap
mengambil waktu dan mengakibatkan biaya perjalanan menjadi lebih besar. Untuk
mendorong peningkatan pengguna angkutan umum di Kota Bandung, maka dalam
penelitian ini secara spesifik akan mengkaji skema integrasi tarif angkutan umum
di Kota Bandung. Diharapkan dengan diberlakukannya integrasi tarif, terjadi
peningkatan jumlah pengguna angkutan umum seiring dengan penurunan biaya
tarif yang harus ditanggung oleh penumpang. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengkaji skema tarif integrasi antar moda angkutan umum di Kota Bandung.
Kajian ini dilakukan dengan tiga tahap utama, yang pertama adalah analisis biaya
operasional kendaraan (BOK), kedua adalah analisis preferensi menggunakan
metode contingent valuation untuk meninjau perbandingan antara kemampuan
membayar (ATP) dan keinginan membayar (WTP) responden, dan yang ketiga
adalah analisis untuk penentuan skema besaran tarif integrasi antar moda angkutan
umum. Hasil dari analisis biaya operasional kendaraan menunjukkan bahwa BOK
untuk angkot sebesar Rp. 5.837,57/bus-km, TMB sebesar Rp. 7.024,12/bus-km, dan
TMP sebesar Rp. 10.313,86/bus-km. Nilai rata-rata ATP responden berada pada
nilai Rp. 13.242,44 sedangkan nilai pertemuan antara ATP dan WTP sebesar Rp.
10.000. Dengan pertimbangan antara daya beli masyarakat dan biaya operasional
kendaraan, maka didapatkan kema tarif ideal untuk tarif integrasi sebesar Rp. 8.500
yang berlaku selama 90 menit tanpa melihat jarak perjalanan. Tarif ini merupakan
tarif yang dibayarkan oleh penumpang, sedangkan untuk memenuhi biaya
operasional sistem, Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu memberikan subsidi yang
dibayarkan kepada operator angkutan umum.