digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Dzakiyyah Ghaisani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Minyak jarak kaliki dapat diekstrak dari biji tanaman jarak kaliki/kepyar (Ricinus communis) yang dapat tumbuh sepanjang tahun di iklim tropis dan subtropis. Tanaman jarak kaliki sudah diproduksi di Indonesia, namun masih belum cukup memenuhi kebutuhan industri di Indonesia sehingga harus dilakukan impor. Minyak biji jarak kaliki didominasi oleh asam risinoleat dengan kadar 85 – 90% yang dapat dimanfaatkan menjadi produk turunan berharga jual lebih tinggi daripada minyak jarak kaliki mentah, seperti bahan baku pembuatan polimer, lubrikan, pelumas, hingga kosmetik. Pada metode konvensional Colgate-Emery, hidrolisis dilakukan pada temperatur 260 oC dan tekanan 50 bar. Namun, pada penelitian ini, asam risinoleat dicoba diproduksi melalui hidrolisis menggunakan lipase agar lebih hemat energi, berdampak degradasi termal rendah, produk samping lebih sedikit sehingga kemurnian tinggi, serta dapat memproduksi asam lemak tak jenuh tanpa oksidasi. Lipase yang digunakan berasal dari biji jarak kaliki yang diimobilisasi menjadi serbuk aseton untuk meningkatkan efektivitas dan stabilitas lipase. Longenecker dan Haley (1937) melaporkan bahwa serbuk aseton masih kurang aktif jika dibandingkan dengan serbuk-serbuk yang dibuat dengan pelarut pentana dan eter. Diduga, gliserol bebas dalam biji jarak kaliki, yang berkemampuan melindungi lipase dari gangguan denaturatif, ikut terekstrak oleh aseton sehingga keaktifan hidrolitik serbuk aseton menjadi berkurang. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan gliserol ke dalam pelarut aseton justru berdampak buruk pada keaktifan hidrolisis serbuk lipasenya. Penelitian ini selanjutnya mendapatkan bahwa hidrolisis sebaiknya dilakukan pada temperatur ruang (25–37 oC) selama 3 hari. Kondisi ini yang selanjutnya diterapkan pada skala 15, 40, dan 50 gram minyak. Rata-rata persentase hidrolisis tertinggi didapat pada skala 15 gram, yaitu 82,76%.