Setelah pandemi, bandara-bandara di seluruh dunia yang terkena dampak telah memahami
ketidakpastian masa depan. Tanpa memperhitungkan kondisi pandemi yang berdampak signifikan
terhadap pendapatan sebuah bandara, industri bandara tentu saja merupakan usaha jangka panjang.
Perubahan kondisi yang ekstrim dan cepat tersebut tidak diikuti dengan perubahan strategi bisnis
bandara guna mengantisipasi kerugian akibat biaya operasional yang cukup besar. Pada saat yang
sama, pendapatan menurun akibat kebijakan pemerintah yang melarang perjalanan melalui bandara
untuk mencegah penyebaran penyakit selama operasional bandara.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menciptakan sistem manajemen kinerja terintegrasi
(IPMS) dengan menentukan komponen penting yang terkait dengan metrik kinerja utama. Hubungan
antara faktor-faktor (variabel) yang telah dikumpulkan ke dalam kerangka Manajemen Kinerja
Terintegrasi dapat diukur dengan menggunakan teknik yang disebut Analytical Hierarchy Process
(AHP). Kerangka kerja ini terdiri dari tiga sudut pandang berbeda, dengan hasil bisnis, prosedur
internal, dan kemampuan sumber daya menjadi tiga komponen yang membentuk kerangka kerja
tersebut. Data menunjukkan bahwa ada total tiga puluh faktor berbeda dan delapan fitur berbeda.
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kinerja perusahaan dalam kaitannya dengan kepatuhan
program pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan indikator kinerja utama
(KPI), target, bobot, dan organisasi. Dengan menggunakan dasbor untuk pemantauan secara realtime,
rencana implementasi memerlukan jangka waktu dua belas bulan yang dimulai dengan
penyelarasan dan diakhiri dengan implementasi penuh.