digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Saocy Vidya Tiffany
PUBLIC Alice Diniarti

Semakin meningkatnya industri konstruksi, kebutuhan akan penyedia jasa pelaksana konstruksi akan meningkat. Namun terjadi penurunan jumlah kontraktor kecil dan menengah di Indonesia pada tahun 2019 dan 2022. Selain itu sejak tahun 2020 jumlah kontraktor kecil dan menengah di Kota Bandung mengalami penurunan setiap tahunnya hal ini tidak sesuai dengan peningkatan jumlah proyek di Kota Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa kontraktor kecil dan menengah di Kota Bandung tidak mampu bertahan dalam mengelola usahanya. Risiko atau kegagalan yang terjadi pada kontraktor kecil dan menengah di Kota Bandung dapat menyebabkan kontraktor mengalami gulung tikar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko keberlanjutan usaha yang dihadapi kontraktor skala kecil dan menengah di Kota Bandung, mengidentifikasi risiko keberlanjutan usaha yang paling dominan pada kontraktor skala kecil dan menengah di Kota Bandung dan tindakan yang dapat dilakukan kontraktor skala kecil dan menengah di Kota Bandung untuk meminimalisir risiko keberlanjutan usaha. Objek penelitian ini adalah kontraktor kualifikasi kecil dan menengah di Kota Bandung yang diminta untuk menilai risiko keberlanjutan usaha dari berbagai literatur dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Dari hasil analisa data menggunakan tabel matrix risk diperoleh 4 risiko keberlanjutan usaha yang termasuk pada level tinggi yaitu kesalahan penyusunan strategi perusahaan, persaingan pasar konstruksi, keterlambatan pembayaran dari owner dan cash flow tidak lancar. Berdasarkan metode FMEA diperoleh risiko keberlanjutan usaha yang paling dominan yaitu keterlambatan pembayaran dari owner/client (X17) dan strategi yang dapat digunakan kontraktor kecil dan menengah di Kota Bandung adalah memilih cara pembayaran yang tepat ketika melakukan perjanjian pada kontrak, serta menerapkan control internal dan control eksternal selama proses penagihan dan pembayaran.