digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Dwitya Amanda Ayuningtias
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat minat baca yang rendah. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University di Amerika Serikat, diperoleh bahwa peringkat minat baca Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara. Padahal, jumlah perpustakaan di Indonesia mencapai 162.610 unit pada tahun 2019 yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan perpustakaan terbanyak kedua di dunia, dengan peringkat satu ditempati oleh India. Dengan demikian, yang menjadi persoalan dalam rendahnya minat baca di Indonesia bukan kuantitas fasilitas perpustakaan, melainkan kualitas perpustakaan eksisting yaitu faktor kenyamanan yang membuat pengunjung merasa betah ketika berada di perpustakaan untuk membaca buku. Pentingnya meningkatkan minat baca masyarakat ini akan berdampak pada peningkatan jumlah masyarakat teredukasi dan menjadi langkah awal dalam mewujudkan masa depan Indonesia sebagai negara maju. Pada era digitalisasi ini, peningkatan minat baca dapat dimulai melalui penanaman gaya hidup dan kebiasaan membaca pada anak usia dini yaitu masa golden age pembentukan karakter manusia. Dari sudut pandang arsitektur, respon yang dapat diberikan dalam menanggapi persoalan rendahnya minat baca di Indonesia ialah dengan melakukan peningkatan kualitas ruang perpustakaan yang ada, bukan kuantitasnya. Perpustakaan hibrida yang menggabungkan fungsi komersial dan bekerja sama dengan perusahaan CSR menjadi respon terhadap isu keterbatasan dana pengembangan fasilitas perpustakaan daerah di Indonesia. Perpustakaan ini juga memanfaatkan potensi sektor industri dan pertanian yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat berupa pemanfaatan sektor industri anyaman yang merupakan sektor industri terbesar di Kecamatan Padalarang sebagai unsur eksterior bangunan dan pemanfaatan limbah pertanian dalam menciptakan material bangunan perpustakaan yang ramah lingkungan dan kokoh. Pemanfaatan berdasarkan sektor-sektor ini merupakan bentuk respons dalam mendukung perekonomian masyarakat sekitar. Perpustakaan berkualitas saat ini kebanyakan hanya berada di Ibukota Jakarta, sedangkan masih banyak daerah-daerah lainnya yang juga membutuhkan perpustakaan berkualitas layaknya perpustakaan yang berada di Jakarta.