digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Muhammad Rohadi Roid
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk mencerminkan identitasnya melalui beragam preferensi yang mereka pilih. Dalam konteks subkultur industri kreatif, preferensi yang dapat dipilih oleh individu seperti, busana yang dikenakan, musik yang didengarkan, tempat mereka bersosialisasi, dan sejumlah preferensi lainnya. Ketika preferensi-preferensi individu saling bersinggungan dan terkumpul, mereka dapat membentuk suatu identitas kolektif yang menjadi dasar terbentuknya sebuah komunitas dalam industri kreatif. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang mewadahi aktivitas komunitas kreatif, komunitas subkultur yang sudah cukup lama mengakar adalah subkultur industri pakaian dan musik. Perkembangan kedua subkultur ini pararel pada tahun 1990-an dimana group band lokal mempromosikan citranya melalui cindera mata berupa pakaian, dari hal itu munculah distribution outlet (distro) yang berkembang sampai saat ini. Perkembangan komunitas subkultur kreatif perlu diiringi dengan ruang fisik yang mewadahi aktivitasnya, potensi perkembangan komunitas yang lebih luas akan terbatasi apabila tidak terdapat sebuah ruang yang bisa mewadahi dan merepresentasikan kultur mereka. Sehingga, pertumbuhan komunitas industri kreatif, telah menciptakan kebutuhan akan kehadiran ruang kolektif yang mampu memfasilitasi berbagai aspek kreativitas. Ruang kolektif tersebut menjadi sarana yang penting untuk kolaborasi yang lebih efektif, eksperimen yang lebih luas, produksi karya seni yang lebih inovatif, serta kesempatan untuk berinteraksi dan berdiskusi. Ketika komunitas tersebut terpisah secara fisik, sejumlah tantangan pun muncul, yang memiliki potensi untuk membatasi perkembangan industri kreatif. Salah satu tantangan yang muncul adalah terbatasnya interaksi antara para kreator dan penikmat karya mereka. Ruang komunitas yang terpisah secara fisik dapat mengurangi kesempatan bagi para seniman atau desainer untuk berinteraksi langsung dengan audiens mereka. Hal ini dapat menghambat pertukaran gagasan, umpan balik langsung, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang apresiasi yang diberikan oleh penonton terhadap karya seni tersebut dan potensi keterlibatan penikmat karya dalam proses pembuatan karya pelaku kreatif. Kerjasama antara para kreator juga dapat terhambat ketika mereka terisolasi dalam ruang yang berbeda. Kolaborasi seringkali merupakan salah satu aspek kunci dalam inovasi dalam industri kreatif. Ketika para seniman atau desainer terpencar di berbagai lokasi fisik, ini dapat menghambat proses kreatif yang melibatkan pertukaran ide dan penggabungan bakat dari berbagai individu. Kurangnya inklusivitas ruang kolektif yang terbatas kapasitasnya juga menjadi salah satu masalah utama. Dalam kasus tersebut, sejumlah individu mungkin tidak dapat mengakses ruang kolektif tersebut secara efektif, dan ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam peluang untuk berpartisipasi dan berkembang dalam industri kreatif. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan pengembangan ruang kolektif yang inklusif, yang mampu memfasilitasi pertumbuhan industri kreatif dengan lebih baik. Ruang yang mendukung kolaborasi, interaksi langsung, dan kapasitas yang lebih besar akan memainkan peran kunci dalam mendorong perkembangan positif dalam industri kreatif, serta memastikan kesempatan yang lebih luas bagi berbagai pihak untuk turut serta dalam ekosistem ini. Kota Bandung telah membangun ekosistem industri kreatif yang kuat, di mana banyak individu kreatif telah menciptakan karya dalam berbagai skena atau subkultur industri kreatif. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya merek lokal, event komunitas, dan individu-individu kreatif. Industri kreatif Bandung telah mengalami perubahan preferensi dari waktu ke waktu dan telah berhasil beradaptasi berkat keterhubungan yang erat antara identitas individu kreatif, merek, dan penggemar karya. Seiring berlalunya waktu, Bandung telah menjadi panggung bagi individu kreatif, merek, dan tren untuk berkembang dalam berbagai periode waktu, yang terus berkembang hingga saat ini. Dengan pertumbuhan komunitas industri kreatif, termasuk peningkatan jumlah pelaku, merek, dan anggota komunitas, muncul kebutuhan mendesak akan ruang yang dapat mencerminkan semangat kolaboratif mereka, memungkinkan interaksi yang lebih dekat, dan mendukung perkembangan industri kreatif yang lebih positif melalui arsitektur.