ABSTRAK_Hafiza Alifia Putri
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan
Pandemi COVID-19 mendorong streaming service menjadi salah satu metode produksi dan konsumsi film yang utama, bahkan hampir menyaingi layar lebar. Praktek tersebut tidak dibarengi dengan pengarsipan yang memadai karena konten yang diproduksi hanya diproduksi untuk platform over-the-top (OTT) dan jumlahnya melebihi kapasitas kerja arsiparis. Akan tetapi, Sinematek Indonesia, sebagai lembaga arsip industri perfilman utama di Indonesia, kini tertinggal karena masalah pendanaan dan kurangnya public presence di kalangan masyarakat. Oleh sebab itu, proyek ini bertujuan untuk memecahkan masalah tersebut melalui upaya revitalisasi Sinematek Indonesia menjadi sinematek merangkap film center yang mampu menanamkan pentingnya pengarsipan film serta mewadahi kegiatan dari beragam kalangan publik. Untuk mencapainya, diturunkan tiga fungsi utama yang membantuk konsep dan zoning proyek yaitu fungsi edukasi, komersil, dan arsip. Fungsi edukasi dipecahkan melalui konsep narrative cinematic architecture untuk memberikan narasi mengenai Sinematek dan menciptakan zoning pada tapak dengan tahapan introduksi-apresiasi-partisipasi sehingga pengujung bisa secara bertahap mengenal Sinematek hingga ikut menjaga keberlangsungannya. Fungsi komersil sesuai namanya merupakan pengembangan fungsi di luar fungsi arsip pada Sinematek eksisting seperti area makan, area berkomunitas, dan area komersil yang diharapkan dapat membantu pendanaan untuk ke depannya. Fungsi arsip diwujudkan dalam perbaikan kondisi pengarsipan berdasarkan standar dari International Federation of Film Archives (FIAF). Revitalisasi Sinematek Indonesia terdiri dari tiga massa bangunan yang dibagi berdasarkan fungsi di atas. Pengaturan ketiga massa tersebut didasarkan pada tahapan narasi. Massa pada sisi terdepan tapak memilki posisi sebagi introduksi akan Sinematek. Bangunan 3 lantai tersebut memiliki fungsi edukasi dan utamanya terdiri dari museum, exhibition, dan RSG. Massa kedua merupakan massa arsip yang terletak di sudut tapak dan diposisikan sebagai tahapan apresiasi serta partisipasi Sinematek melalui fungsi kegiatan dan arsipnya. Massa ini terdiri dari 5 lantai dan utamanya terdiri dari bioskop, perpustakaan, ruang arsip, kantor sekretariat, dan workshop. Massa ketiga terletak di sisi tapak dan menggunakan konsep permeability dan public-centered design. Massa ketiga utamanya terdiri dari area komersil seperti toko dan restoran. Selain itu, dibuat koneksi berupa jalur pejalan kaki dengan Plaza Festival untuk menarik lebih banyak pengujung. Secara keseluruham proyek ini bertujuan untuk menjadikan Sinematek Indonesia sebagai sebuah pusat kegiatan perfilman yang dinamis, tidak hanya menjaga warisan sinema Indonesia tetapi juga melibatkan publik melalui inisiatif akan edukasi dan potensi komersial untuk memastikan keberlanjutannya.