digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Hafia Luma Munira
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Bangunan berkelanjutan dan efisiensi energi menjadi isu yang menarik perhatian dalam beberapa tahun belakangan ini. Konsep ini diangkat dan dijadikan sorotan oleh PBB hingga masuk sebagai poin tersendiri pada SDGs poin ketujuh, yaitu energi bersih dan terjangkau. Dengan tujuan, salah satunya yaitu untuk mendukung pengurangan konsumsi listrik pada negara berkembang. Konsep ini kemudian popular dengan bahasa barunya yaitu bangunan hijau ini kemudian perlahan masuk ke Indonesia. Bersama dengan janji dan seruan untuk menggaungkan bangunan berkelanjutan, terlihat beberapa fakta akan kebutuhan penjawaban tantangan lingkungan yang ada. Beberapa krisis lingkungan memberikan motivasi kepada perencana untuk memberikan desain yang baik. Potensi kehancuran akibat perubahan iklim, penyakit akibat bahan beracun material bangunan, peningkatan suhu permukaan bumi akibat efek rumah kaca, serta polusi udara dan air akibat penggunaan bahan bakar minyak menjadi bukti nyata keresahan saat ini. Sebagian besar masalah ini disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri, sebagai contoh setengah konsumsi energi berasal dari kebutuhan pengkondisian ruang pada bangunan. Sehingga bangunan berkelanjutan bukan hanya merupakan isu semata, melainkan tanggung jawab sosial dan juga tantangan yang perlu dihadapi. Berdasarkan data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), bangunan menyumbangkan 40% emisi karbon dari operasional dan pemeliharaannya serta 8% dari material dan konstruksi. Lebih tingginya angka dari operasional dan pemeliharaan dalam penyumbangan emisi karbon ini membuktikan bahwa dalam rangka pengurangan konsumsi energi dan emisi tidak hanya bergantung pada jenis material namun diperlukan adanya desain yang sesuai. Yaitu melalui pengelolaan tapaknya, pengelolaan selubung bangunan, serta efisiensi sistem penghawaan dan pencahayaan. Untuk memberikan bukti bahwa sebuah bangunan telah mencapai energi yang efisien terdapat beberapa sistem rating yang digunakan. Salah satu yang populer, yaitu LEED rating system. Sistem ini melakukan komparasi antara bangunan tanpa perlakuan dengan bangunan setelah dicoba diefisiensikan. Sistem rating digunakan pada proyek ini hanya sebagai bukti ukur tercapainya efisiensi energi. Untuk selanjutnya diketahui bahwa beberapa bangunan mengklaim sebagai bangunan yang berkelanjutan dan efisien, namun nyatanya tidak efektif atau hanya terlihat seakan hijau. Pendesainan bangunan hijau tidak hanya berupa penambahan fitur untuk membuat bangunan lebih efisien atau hijau, namun menciptakan sistem yang terintegrasi dan terhubung dengan alam. Merancang bangunan hijau tidak berarti mengabaikan keindahan dan estetika bangunan, namun memberikan gaya baru dari keindahan itu. Tujuan utama perancangan proyek ini yaitu untuk memitigasi perubahan iklim melalui konservasi energi dan pengurangan jejak karbon. Menciptakan bangunan kantor yang meminimalisir dampak lingkungan dan menghemat energi sekitar 20-40% tanpa mengorbankan kenyamanan pengguna dan estetika bangunan itu sendiri. Dengan pencapaian ini, perancangan proyek diharapkan juga dapat mendukung agenda PBB, memberikan kontribusi terhadap penurunan kebutuhan penggunaan listrik, serta mendorong kemajuan teknologi di Indonesia. Implementasi yang diupayakan, yaitu melalui penerapan desain pasif untuk meminimalkan kebutuhan sistem pencahayaan dan penghawaan buatan. Kemudian pengoptimalan sistem aktif pada bangunan, meliputi HVAC, listrik, dan perangkat kantor. Penerapan integrasi dan kontrol pada bangunan serta pempromosian efisiensi energi tanpa mengurangi kenyamanan pengguna dan estetika desain. Perancangan proyek ini berlokasi di Jl. Kuningan Mulya, Setiabudi, Jakarta Selatan, tepatnya pada bisnis distrik segitiga emas. Lokasi yang terbilang strategis untuk kantor dimana dekat dengan kawasan TOD dan transportasi umum. Bangunan kantor yang direncanakan merupakan bangunan kantor sewa grade A untuk perusahaan yang peduli terhadap teknologi dan keberlanjutan sebagai perwajahan bangunannya.