digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cover Denis Ronaldo 15317038
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

Pertambangan merupakan salah satu sektor yang menyumbang APBN negara dengan nilai tertinggi. Selain dari kontribusinya terhadap APBN negara, ada pula hal yang harus diperhatikan dari sektor pertambangan, yaitu dampak negatif yang mungkin timbul dimana salah satunya potensi pembentukan air tambang. Air tambang umumnya memiliki pH yang tidak netral dan kandungan TSS yang tinggi sehingga berpotensi dapat mencemari lingkungan sekitar, menurunkan kualitas badan air, serta dapat pula berpotensi mengganggu kesehatan. Untuk itu pemerintah telah menetapkan baku mutu lingkungan yang harus dipenuhi para pelaku usaha agar tidak terjadinya pencemaran. Pemenuhun baku mutu tersebut dapat dilakukan melalui pengolahan air tambang dengan teknologi-teknologi lingkungan, salah satunya melalui Chemical Coagulation. PT. Kaltim Prima Coal telah melakukan pengolahan air tambang, dimana air tambang yang berasal dari beberapa daerah tangkapan air (DTA) dialirkan ke dalam kolam detensi yang berfungsi sebagai kontrol debit, air tambang yang bercampur dalam kolam ini karakteristik airnya akan menjadi homogen/seragam. Sebagian besar dari air tersebut diresapkan ke dalam tanah, dan sebagiannya lagi akan dialirkan menuju unit pengolahan utama, dengan pengolahan untuk tiap-tiap pit tambang dilakukan menggunakan koagulan yang berbeda sesuai kebutuhan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat air tambang yang berasal dari salah satu daerah tangkapan air (DTA) khususnya untuk air tambang paling keruh, apakah dapat diolah secara langsung dengan koagulan konvensional tanpa harus masuk ke kolam detensi terlebih dahulu. Penelitian ini juga dilakukan untuk menentukan jenis dan dosis koagulan optimum dalam mengolah air tambang tersebut. Air tambang diolah melalui Chemical Coagulation dengan metode Jar test, digunakan 3 jenis koagulan berbeda, yaitu Al 2 ii (SO) 4 , PAC, dan Kurita yang merupakan koagulan jenis polimer. Air tambang yang diolah dengan tiap-tiap koagulan menunjukkan penurunan kadar TSS dari semula 15730 ppm turun hingga dibawah 100 ppm. Dosis optimum untuk tiap-tiap koagulan yaitu Al 2 (SO) 4 700 mg/L, PAC 700 mg/L, dan Kurita 400 mg/L. Penentuan jenis dan dosis koagulan optimum dilakukan dengan memperhatikan banyaknya koagulan yang dibutuhkan untuk mengolah sampel air/m 3 , dan berapa banyak biaya pengolahan yang perlu dikeluarkan untuk mengolah sampel air/m 3 .