digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Hendra Ardodi
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Revolusi industri 4.0 menciptakan disrupsi mobilitas urban melalui akronim ACES (Autonomous, Connectivity, Electricity, Share); merevolusi kendaraan yang dirancang terkoneksi dalam sistem jejaring, otonom, digunakan secara berbagi dan menggunakan tenaga listrik. Phenomena disrupsi mobilitas pun terjadi di Indonesia terutama kendaraan bertenaga listrik. PERPRES N0.55 2019 menjadi payung hukum pengembangan dan produksi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Peraturan Menteri Perindustrian No.27 2020 menetapkan tingkat TKDN 35% untuk roda empat dan 40% roda dua menjadi pemantik perancangan dan produksi KBLBB kandungan lokal tinggi. Institusi pendidikan dan lembaga penelitian, start-up dan BUMN antusias mengembangkan bermacam KBLBB terutama sepeda motor. Sepeda motor menjadi alat transportasi favorit orang Indonesia; yang 54%-nya adalah generasi Milenial; menjadi potensi market yang sangat besar. Setiap tahun sekitar 6 juta sepeda motor ICE terjual namun motor listrik baru sekitar 75,000 unit di akhir 2023. Tampilan desain menjadi preferensi penting dalam memutuskan pembelian. Bentuk seperti apakah yang diinginkan konsumen, apakah KBLBB impor yang beredar saat ini memenuhi preferensi mereka, dapatkah berbagai sepeda motor listrik desain lokal mengakomodirnya. Dari berbagai prototip yang diperkenalkan, hanya Gesits G1 yang berhasil diproduksi dengan standar industri. Apakah kendala perancang lokal hingga belum mampu meningkatkan kualitas produknya ke level produksi, strategi seperti apa yang dibutuhkan. Perlu dilakukan penelitian dengan metode campuran, pengukuran daya tarik bentuk desain karya lokal menggunakan Semantik Differential pada 100 orang responden Gen Z & Y pengguna sepeda motor yang tertarik motor listrik dan wawancara narasumber perancang dari start-up dan manufaktur lokal. Sebagai pembanding, diwawancara juga desainer dari R&D prinsipal asing yang menguasai pasar sepeda motor di Indonesia yang telah memiliki flow baku pengembangan. Investigasi permasalahan dan tantangan pengembangan produk lokal serta strategi meningkatkan kualitas estetika desain dengan disrupsi metode dan peralatan perancangan yang benar-benar dibutuhkan harus dilakukan.