PT Sumatera Pembangkit merupakan Independent Power Producer (IPP) yang melaksanakan
konstruksi, pengoperasian, pembiayaan, dan pemeliharaan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga
Batubara) Sumatera dan jalur transmisi sepanjang puluhan kilometer dari PLTU Sumatera ke
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi terdekat di Sumatera. Seiring dengan upaya Indonesia untuk
melakukan transisi menuju praktik energi berkelanjutan dalam mengatasi perubahan iklim dan
komitmen Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional (NDC) terhadap Perjanjian Paris dengan
mengeluarkan peraturan lingkungan yang lebih ketat dan target emisi Gas Rumah Kaca (GRK),
PT Sumatera Pembangkit harus benar-benar mematuhi perubahan peraturan tersebut dan bersiap
menghadapi kemungkinan-kemungkinan potensial yang dapat berdampak pada perekonomian
bisnisnya.
Sebagai pelaksana bisnis PLTU, PT Sumatera Pembangkit harus mengatasi tantangan efisiensi
pembangkit listrik, permasalahan lingkungan, integrasi teknologi baru, dan penyelarasan
kebijakan energi global dan nasional agar tetap menjadi pemain dominan dan andal di sektor
pembangkit listrik sambil tetap menjamin kelangsungan keekonomiannya.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan atas strategi bisnis PT Sumatera Pembangkit mengenai
praktik keberlanjutan jangka panjang dan posisi kompetitifnya serta rencana implementasi untuk
memungkinkan dan memperkuat daya saing dan keberlanjutan PT Sumatera Pembangkit. Untuk
mendukung dan memperkuat strategi bisnis PT Sumatera Pembangkit yang kemudian ditetapkan,
penelitian ini juga melakukan analisis finansial mengenai implikasi percepatan penerapan nilai
ekonomi karbon dan retrofit CCS (Carbon Capture and Storage) pada PLTU Sumatera untuk
menangani kelebihan kuota emisi karbon, sebagai alternatif perdagangan dan pajak karbon,
terhadap kelayakan ekonomi PT Sumatera Pembangkit.
PT Sumatera Pembangkit saat ini berada pada momen penting di mana PT Sumatera Pembangkit
dapat memanfaatkan kemajuan teknologi, keunggulan operasional, dan posisi strategisnya untuk
tidak hanya meningkatkan posisi pasarnya tetapi juga membuat kontribusi besar terhadap sasaran
ketahanan dan keberlanjutan energi Indonesia. Pergeseran regulasi juga terbukti berkontribusi
terhadap keberlanjutan dan kelayakan ekonomi. Dari analisa finansial, terlihat bahwa kelayakan
ekonomi PT Sumatera Pembangkit tidak stabil dan sensitive terhadap perubahan batas emisi
karbon dan harga karbon, dimana kelayakan ekonominya akan mengalami penurunan jika ada
perubahan pada batas emisi (lebih rendah) dan harga karbon (lebih tinggi). Perubahan ini akan
berdampak baik untuk penerapan nilai ekonomi karbon maupun retrofit CCS pada PLTU Sumatera. Dikarenakan PT Sumatera Pembangkit tidak memiliki kendali atas perubahan-
perubahan ini, PT Sumatera Pembangkit berkewajiban untuk memastikan dan melaksanakan
upaya efisiensi pembangkit untuk menjaga emisi yang dikeluarkan oleh PLTU Sumatera dalam
batasan emisi yang diizinkan untuk kemudian dapat mengeksploitasi kesempatan untuk dapat
menjual kelebihan unit emisi karbonnya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kelangsungan jangka
panjang PLTU Sumatera bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dan bergerak selaras
dengan lanskap peraturan yang terus berkembang di Indonesia dan komitmen terhadap energi
berkelanjutan dan target iklim. Analisis ini menunjukkan bahwa PLTU Sumatera masih dapat
mempertahankan dan berpotensi mengembangkan posisi kompetitif dan keberlanjutannya, serta
tetap menghasilkan keuntungan melalui strategi bisnis yang tepat, seperti memperkuat kontribusi
dalam ketahanan energi, mendorong pola operasional terbaik dan mengadopsi inovasi dan
kemajuan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pembangkit, memanfaatkan peraturan mengenai
perdagangan karbon, meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan FABA dan gipsum, terlibat dalam kemitraan dan kolaborasi strategis untuk mendukung proyek infrastruktur ketenagalistrikan
pemerintah, menjajaki peluang ekspansi, dan mengadopsi standar internasional.
Mempertimbangkan infrastruktur listrik Indonesia yang masih sangat bergantung pada PLTU dan
bagaimana PLTU masih menjadi sumber yang paling dapat diandalkan untuk menjamin ketahanan
energi Indonesia, secara umum, prospek sektor PLTU kemungkinan akan terus tumbuh dan tetap
menguntungkan di masa mendatang. Meskipun terdapat tantangan yang perlu diatasi, seperti
rencana penghentian dini PLTU-PLTU tua dan syarat kepatuhan yang lebih ketat terhadap
kebijakan dan peraturan lingkungan, tapi terdapat pula peluang yang dapat dimanfaatkan,
contohnya adalah mekanisme pasar karbon, pengelolaan limbah atau produk samping untuk
memberikan nilai tambah, serta inovasi dan kemajuan teknologi. Kemampuan dan daya tanggap
sektor PLTU untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan ini dan mengintegrasikan praktik-
praktik berkelanjutan ke dalam model bisnisnya sangat menentukan keberhasilan, kelayakan, dan
profitabilitas jangka panjangnya.