digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengembangan lahan skala besar merujuk pada pembangunan pada area yang luas dengan nilai investasi tinggi dari sektor publik maupun swasta yang terwujud dalam berbagai bentuk perubahan guna lahan. Keterlibatan aktor dengan berbagai kepentingan dalam pengelolaan sumber daya dan pengendalian dampak mengakibatkan proses pengembangan lahan dipenuhi dengan dinamika kekuasaan, di mana para aktor sering kali menggunakan kekuasaan khusus untuk mengubah tatanan institusional seperti peraturan dan kebijakan. Akibatnya, timbul kompleksitas pembangunan yang semakin tinggi serta hasil dan dampak yang tidak sesuai rencana pada area pembangunan dan ruang perkotaan yang lebih luas. Dalam menjelaskan proses pengembangan lahan skala besar yang kompleks tersebut, beberapa pendekatan telah digunakan dalam pengembangan kerangka teoretis atau model, diantaranya berakar dari ekonomi neoklasik, ekonomi politik, maupun institusionalisme. Berdasarkan perdebatan literatur terakhir, belum terdapat penelitian yang mampu menjelaskan dengan baik bagaimana pengaruh dari perubahan struktur institusional yang lebih luas dan perilaku aktor terkait relasi kekuasaan dalam menentukan proses pengembangan lahan skala besar. Penelitian ini mengembangkan kerangka teoretis dari pendekatan institusionalisme yang masih belum banyak digunakan, yaitu historical institutionalism yang diintegrasikan dengan teori relasi kekuasaan three-dimensional power dari Steven Lukes untuk diterapkan pada konteks pengembangan lahan. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deduktif dengan merumuskan kerangka teoretis atau model hipotetik untuk diuji ke kasus empiris berlandaskan paradigm critical realism. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan studi kasus pada Reklamasi Pantai Utara Jakarta, dilakukan analisis terhadap data-data sekunder terkait dokumen rencana, hasil studi, peraturan perundangan, kebijakan, artikel ilmiah, laporan, dan berita dari media popular terkait studi kasus serta data primer yang diperoleh melalui wawancara semiterstruktur dan observasi. Hasil penelitian ini mampu menjelaskan bagaimana para aktor menggunakan kekuasaan mereka untuk merancang dan mengubah institusi, khususnya pada masa krisis (perubahan eksogen), dan secara timbal balik bagaimana institusi-institusi tersebut menjadi tahan lama (path-dependent) danii melanggengkan kekuasaan eksklusif dalam pengembangan lahan skala besar dari waktu ke waktu. Kemudian, perubahan institusional yang terjadi dalam konteks site pengembangan lahan skala besar dan struktur yang lebih luas saling terkait melalui relasi kuasa yang terhubung antar tingkat atau unit spasial yang berbeda karena adanya aktor-aktor pengembangan lahan yang sama yang membangun jejaring kekuasaan dan memegang peran kunci di berbagai tingkatan tersebut. Selain itu, penelitian ini mampu melihat lebih jauh adanya dinamika perubahan kepentingan individu, perilaku oportunis, dan penggunaan kekuasaan secara aktif dari waktu ke waktu yang tidak dijelaskan pada penelitian sebelumnya. Pada kasus ini, bukan hanya perubahan eksogen, namun juga perubahan endogen yang dipicu dari perilaku oportunis aktor internal pengembangan lahan yang berpengaruh besar terhadap jalur pengembangan lahan skala besar. Relasi kekuasaan yang kuat dan terbangun secara historis hampir tiga dekade di antara kelompok pengembang dan kelompok “elit” di dalam struktur pemerintahan memiliki signifikansi terhadap hasil dan dampak pada pengembangan lahan Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan ruang perkotaan lainnya.