Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia dengan kematian
3 juta orang per tahun. Dengan bertambahnya jumlah penderita Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), maka penderita tuberkulosis akan meningkat. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale
Rosc. var. sunti Val.) memiliki aktivitas antituberkulosis terhadap M. tuberculosis galur
H37Rv dan Labkes-552. Dalam penelitian ini akan diuji aktivitas antituberkulosis ekstrak
etanol rimpang jahe merah dan fraksinya terhadap galur Labkes-232 dan Labkes-450.
Rimpang jahe merah diekstraksi dengan cara refluks dan maserasi menggunakan etanol
96%. Ekstrak etanol pekat hasil refluks diekstraksi cair-cair menggunakan n-heksan,
kloroform, etilasetat, dan 1-butanol untuk memperoleh fraksi heksan, kloroform, etilasetat,
butanol, dan air. Aktivitas antituberkulosis ekstrak etanol rimpang jahe merah dan fraksifraksinya diuji dengan metode pengenceran, jumlah koloni yang tumbuh dihitung setiap
minggu selama 8 minggu setelah penanaman bakteri. Metode difusi agar digunakan untuk
bakteri uji lain dan jamur. Ekstrak etanol rimpang jahe merah hasil refluks dapat
menghambat pertumbuhan galur H37Rv pada akhir minggu ke-2 lebih kuat dibandingkan
ekstrak etanol hasil maserasi dan fraksi-fraksi lain pada konsentrasi yang sama. Semua
bahan uji tidak menunjukkan lagi aktivitas penghambatan pertumbuhan terhadap galur
H37Rv mulai akhir minggu ke-3. Dibandingkan dengan ekstrak uji dan fraksi-fraksi uji
yang lain, fraksi air konsentrasi 2,5 µg/mL pada akhir minggu ke-3 paling kuat
menghambat pertumbuhan galur Labkes-232 dengan jumlah koloni yang tumbuh 6,4%
dibandingkan terhadap kontrol. Dan pada minggu ke-4, ekstrak etanol hasil refluks
konsentrasi 100 µg/mL menunjukkan aktivitas terbesar dengan persentase jumlah koloni
yaitu 9,5%. Semua bahan uji tidak menunjukkan lagi aktivitas penghambatan mulai dari
minggu ke-5 terhadap galur Labkes-232. Terhadap galur Labkes-450, aktivitas
penghambatan terbesar ditunjukkan oleh fraksi heksan konsentrasi 100 µg/mL pada akhir
minggu ke-4 dengan persentase jumlah koloni sebesar 0%, minggu ke-5 sebesar 4,5%,
minggu ke-6 sebesar 8%, dan akhir minggu ke-7 sebesar 29,5%. Semua bahan uji tidak
menunjukkan lagi aktivitas penghambatan mulai dari minggu ke-5 terhadap galur Labkes450. Ekstrak etanol hasil maserasi konsentrasi 10% menunjukkan aktivitas penghambatan
yang kuat terhadap bakteri S. lutea (16,7 ± 2,7 mm), S. flexneri (15,6 ± 0,6 mm), dan P.
aeruginosa (28,2 ± 2,4 mm); sedangkan aktivitas antibakterinya lemah terhadap B.
pulmilus (13,6 ± 0,6 mm), S. dysentriae (12,2 ± 1,5 mm), dan B. subtilis (13,6 ± 0,9 mm).
Ekstrak etanol hasil refluks menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat pada konsentrasi
10% terhadap P. aeruginosa (16,8 ± 2,6 mm) dan aktivitas antibakterinya lemah terhadap
S. lutea (11,2 ± 0,8 mm), S. dysentriae (12,2 ± 0,8 mm), dan B. subtilis (12,2 ± 1,8 mm).
Hanya ekstrak etanol hasil maserasi pada konsentrasi 10% yang mampu menghambat M.
gypseum (11,2 ± 0,5 mm). Fraksi heksan menunjukkan aktivitas penghambatan yang lemah
terhadap S. lutea, S. dysentriae, B. subtilis, dan P. aeruginosa masing-masing pada
konsentrasi 1, 1, 1, dan 0,1 %. Fraksi klorofom dan fraksi etilasetat hanya mampu
menghambat pertumbuhan P. aeruginosa masing-masing pada konsentrasi 0,1 dan 1 %.
Fraksi butanol dan fraksi air tidak menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap semua
bakteri uji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah
mempunyai aktivitas antituberkulosis yang lebih luas dibandingkan fraksi-fraksinya.
Ekstrak etanol hasil maserasi lebih baik daripada ekstrak etanol hasil refluks dalam
menghambat pertumbuhan S. lutea, B. pulmilus, S. dysentriae, S. flexneri, B. subtilis, P.
aeruginosa, dan M. gypseum. Fraksi air menunjukkan aktivitas penghambatan paling baik
terhadap galur Labkes-232 pada akhir minggu ke-3. Fraksi heksan menunjukkan aktivitas
penghambatan paling baik terhadap galur Labkes-450 pada akhir minggu ke-4, 5, 6 dan 7.