digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gusrin Sudirja Pasaribu.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba ataupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Pada tahun 2022 lalu tepatnya pada tanggal 21 November terjadi gempa bumi menerpa Kabupaten Cianjur. Bencana yang terjadi memiliki dampak negatif yang merugikan masyarakat salah satunya ialah terjadinya lonjakan timbulan sampah konstruksi. Pengelolaan sampah pasca bencana merupakan salah satu sistem manajemen operasional terpenting yang pernah dikembangkan untuk membantu masyarakat dalam memulihkan kondisi kembali ke situasi stabil setelah terjadinya bencana. Estimasi timbulan sampah yang dihasilkan di Kecamatan Cianjur sebesar 3.448,70 m³ sedangkan untuk Kecamatan Cugenang sebesar 63.372 m³. Sampah konstruksi yang dihasilkan di kedua lokasi penelitian terdiridari beton, kayu, plastik/PVC, kaca, gypsum, keramik, dan logam/bahan lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan sampah bencana, pengelolaan sampah bencana di Kabupaten Cianjur masih kurang optimal, baik dari aspek Teknis Operasional, Aspek finansial, maupun dari Aspek Peran Serta Masyarakat. Sedangkan hasil evaluasi kesesuaian pengelolaan sampah bencana yang mengacu pada UN-DWM Guidelines menunjukkan bahwa pengelolaan sampah akibat bencana belum memenuhi pedoman yang telah ditetapkan, sehingga disusunlah SOP pengelolaan sampah akibat bencana. Pembentukan sistem pengelolaan sampah bencana akan berfokus pada pengembangan pedoman teknis dan prosedur operasi standar (SOP) untuk pengelolaan sampah bencana. SOP ini disusun dengan mengacu pada UN-Disaster Waste Management Guidelines SOP ini disusun dengan mengacu pada Pedoman Pengelolaan Sampah Bencana PBB, yang terdiri dari 4 fase, yaitu Fase 1: Fase Tanggap Darurat; Fase 2: Fase Pemulihan Awal; Fase 3: Fase Pemulihan; dan Fase 4: Rencana Kontinjensi dan Mitigasi.