Jembatan Pulau Balang merupakan jembatan cable-stayed yang menghubungkan Balikpapan
menuju Kawasan Inti Pusat Pemerintahan baru di Kalimantan Timur. Jembatan ini merupakan
jembatan sangat penting yang diproyeksikan akan memiliki lalu lintas yang sangat padat,
dengan jenis kendaraan yang bervariasi. Dengan demikian, diperlukan suatu evaluasi untuk
memperhitungkan kondisi eksisting jembatan agar menahan pembebanan yang bersifat
dinamis dan berulang. Salah satu evaluasi yang dapat dilakukan adalah dengan evaluasi fatik.
Namun, evaluasi fatik pada struktur kabel jembatan cable-stayed belum tersedia di Indonesia
sehingga perlu dilakukan pengembangan analisis fatik.
Metode penelitian akan diawali dengan pemodelan jembatan dengan software Midas Civil
2022. Pemodelan akan divalidasi statik dan dinamik terhadap pembebanan loading test.
Sebelum dilakukan analisis fatik, diperlukan studi parametrik untuk melihat perilaku jembatan
terhadap berbagai variasi garis pengaruh, tipe pembebanan kendaraan, dan jarak antar
kendaraan dalam menghasilkan nilai rentang tegangan (stress range).
Analisis fatik akan diawali dengan pembebanan berdasarkan SNI 1725:2016, AASHTO LRFD
2020, Eurocode 1991-2 (2003), dan terakhir dengan menggunakan pembebanan Weigh in
Motion (WIM). Analisis fatik akan dilakukan dengan beberapa metode. Untuk SNI, AASHTO
dan Eurocode akan menggunakan AASHTO MBE 2018 dan formula Shigley&Mishcke,
sedangkan untuk WIM akan menggunakan AASHTO MBE 2018 dan cumulative fatigue Berdasarkan berbagai analisis yang dilakukan dalam penelitian, didapatkan beberapa
kesimpulan utama yang dapat diambil. Pertama, Berdasarkan hasil analisis fatigue limit,
didapatkan seluruh code (SNI 1725 :2016, LRFD 2020, Eurocode 1991-2(2003) dan WIM
masih berada dibawah threshold limit, sehingga disimpulkan memiliki umur Nsiklus lebih dari
2,000,000 dengan umur melebihi 75 tahun. Kedua, Berdasarkan analisis fatigue strength, umur
tahun fatik dan Nsiklus paling kritis berada pada metode cumulative fatigue damage yaitu di
41.30 tahun dan 2,123,281 siklus. Namun, kondisi tersebut terjadi dikarenakan WIM di Tol
Lingkar Luar Jakarta 54+20B memiliki kondisi kendaraan dominan truk (81.19% dari total
kendaraan) dengan over dimension over loading (ODOL) 31.47%. Jika dilakukan reduksi
terhadap beban kendaraan sebesar 25% didapatkan umur tahun fatik sebesar 152.24 tahun
dengan jumlah siklus 7,827,059. Ketiga, Terjadi sebuah kontradiksi dari analisis fatigue limit
dibandingkan dengan analisis fatigue strength. Kontradiksi ini ditandai dengan jumlah siklus
> 2.000.000 tetapi umur kabel < 75 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah siklus WIM yang
terjadi dalam satu hari adalah 141 siklus (3,855,964 dalam 75 tahun atau 5,141,285 siklus
dalam 100 tahun), menunjukkan bahwa batas 2,000,000 siklus berdasarkan PTI atau AASHTO
LRFD 2020 tidak cocok untuk lalu lintas di Indonesia.
Metode pengembangan dilakukan menggunakan kombinasi formula AASHTO MBE 2018 dan
pembebanan FLM 4 Eurocode dengan jarak antar kendaraam 3m. Dengan menggunakan
kombinasi pembebanan 1.2 didapatkan hasil umur fatik 41.72 tahun dengan siklus 2,145,174.
Hasil ini sudah mendekati hasil cumulative fatigue damage sebelumnya (tanpa reduksi),
sehingga dapat ditarik kesimpulan metode pengembangan dapat digunakan.
damage.