digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hilmy Raihan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PT Makmur Artha Sejahtera (PT MAS) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jeli dan minuman aneka rasa dengan jaringan distribusi wilayah lokal dan internasional dengan sistem make to stock. Sebagai bisnis yang termasuk dalam kategori FMCG, PT MAS memiliki deviasi permintaan yang tinggi mengikuti pola permintaan pelanggan. Naik turunnya permintaan membuat PT MAS sulit dalam melakukan peramalan serta menentukan kebijakan sistem inventori dan berdampak terjadinya penumpukan pada area gudang packaging material. Dari keempat packaging material, item cup dan dus memiliki pengaruh besar terhadap penumpukan dan penggunaan kapasitas gudang. Kebijakan model peramalan eksisting dan kebijakan inventori tidak dapat mengakomodasi pola permintaan aktual. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif model peramalan serta kebijakan inventori yang tepat sesuai dengan kapasitas gudang dengan tetap meminimalkan ongkos total inventori. Model peramalan yang ditambahkan adalah model MA, WMA, dan ARIMA dengan masing- masing item dapat memilih model yang paling baik berdasarkan skor MSE. Rancangan kebijakan inventori ditentukan dengan menggunakan model inventori probabilistik dengan penambahan batasan kapasitas gudang. Kebijakan dikembangkan berdasarkan karakteristik kebijakan saat ini, menghasilkan pendekatan model Q dan model P multi-item. Model Q mengizinkan setiap item dapat dipesan tidak secara bersamaan mengikuti titik pemesanan kembali, sedangkan model P multi-item mengharuskan setiap item pada kategori packaging material yang sama dipesan bersamaan. Model terbaik ditentukan berdasarkan ongkos total inventori minimum serta syarat pembatas kapasitas gudang terpenuhi. Hasil solusi menyatakan bahwa dipilih model P multi-item untuk item cup dan item dus dengan periode antar pemesanan selama 11 hari dan 6 hari, yang menghasilkan ekspektasi total ongkos inventori sebesar Rp877.100.256,00 dan Rp1.747.096.214,00. Dalam implementasi, proses pengawasan harus dilakukan secara masif dan terukur. Aktivitas evaluasi juga harus rutin dilakukan minimal tiga bulan sekali menimbang bahwa solusi sensitif terhadap parameter permintaan, persen ongkos simpan, harga item, dan ongkos pesan.