digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kota Jayapura sebagai salah satu kota di Provinsi Papua yang memiliki tingkat peningkatan populasi manusia yang setiap tahun memilik tren naik sebesar 1,85 %, hal ini diikuti dengan tingkat kepemilikan kendaraan sebesar 4%. Di lihat dari hal ini dianggap kedepannya kalau tidak ada penanganan serius bisa mengakibatkan kemacetan yang tinggi pada ruas-ruas jalan di kota Jayapura. Pada penelitian ini menggunakan metode deskritif analitik. Analisis yang dilakukan yaitu, analisis kinerja angkutan umum, analisis kinerja ruas jalan berdasarkan mkji 1997 dan presepsi pengguna menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA) dan perencanaan angkutan umum berbasis Bus Rapid Transit (BRT) dari segi basic design (penentuan trayek, jaringan feeder, halte, stop bus dan pool) dan operasional design (penentuan permintaan, jumlah armada pelayanan, biaya operasional kendaraan dan tarif). Dari hasil analisis kinerja angkutan umum masih di anggap kurang, kinerja ruas jalan di kota Jayapura masih dominan di bawah 0,8 masih dinggap baik, nilai CSI 50% masih dianggap kurang, sedangkan IPA terbagi merata di empat kuadran dianggap masih banyak perbaikan kinerja angkutan umum oleh sebab itu perencanaan angkutan perkotaan bebasis BRT dianggap perlu. Pada penentuan terdiri dari trayek 1, 2A, 2B & 3 yang mana menghubungkan antar terminal yang ada di Kota Jayapura, jumlah halte terdiri dari 10 halte ranting dan 1 halte utama, stop bus pada trayek 1 sebanyak 16, trayek 2A sebanyak 6, trayek 2B sebanyak 4 dan trayek 3 sebanyak 11 dengan jarak per 300 meter, pool bus dipilih pada terminal batas kota, jumlah permintaan tahun eksiting 2022 dengan presentasi proyeksi pada tahun renana 2032 pada Kecamatan Abepura sebesar 93580 naik menjadi 151794, Kecamatan Heram 49954 naik menjadi 83248, Kecamatan Jayapura Utara 71020 naik menjadi 94067, Kecamatan Jayapura Selatan 75823 naik menjadi 105553, permintaan 4 armada bus, berdasarkan faktor muat 70% diperoleh tarif penumpang sebesar Rp8.760,13 dan biaya invetasi untuk satu kendaraan Bus yang beroperasi awal sebesar Rp1.775.781.972.