Industri konstruksi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sejalan dengan meningkatnya anggaran infrastruktur yang dikeluarkan oleh pemerintah, industri jasa konstruksi juga meningkat dari sisi demand, peluang ini harus diikuti dengan pengembangan dan peningkatan dalam eksekusinya baik dalam tahap perencanaan maupun proses konstruksi, sehingga dapat diperoleh manfaat secara maksimal. Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi banyak negara menerapkan lean construction yang terbukti telah memberi berbagai manfaat. Di Indonesia penelitian dan sosialisasi sudah dilakukan sejak tahun 2000-an tetapi hingga tahun 2021 baru beberapa perusahaan yang menerapkan lean construction, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa yang menjadi hambatan perusahaan konstruksi di Indonesia dalam implementasi lean construction.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner pada enam perusahaan BUMN konstruksi yang telah menerapkan lean construction. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa 77.78% proyek yang dikerjakan responden telah menerapkan lean construction dengan tools yang paling banyak digunakan adalah Last Planner System (LPS), mayoritas perusahaan baru menerapkan lean construction selama dua tahun dan 69.64% responden menyatakan penerapan lean construction lebih bermanfaat secara financial dan non-financial. Dari perhitungan Relative Importance Index (RII) diperoleh faktor teknis yang berkaitan dengan kompleksitas desain, filosofi lean, penerapan tools lean construction, dan kemampuan teknis SDM menempati urutan pertama dan menjadi hambatan utama perusahaan konstruksi dalam implementasi lean construction. Dengan membandingkan penelitian sejenis dari beberapa negara diketahui bahwa masalah teknis cenderung menjadi hambatan utama di negara yang baru mulai menerapkan lean construction, sedangkan negara yang telah lama menerapkan lean construction hambatan utama lebih berkaitan dengan faktor sosial.