Polusi udara adalah salah satu masalah genting yang dihadapi manusia dan
lingkungan. Masalah ini seringkali bersifat lintas batas karena polusi suatu
daerah dapat berpindah ke daerah lain. Pada ASEAN, masalah polusi lintas
batas antarnegara telah terjadi secara rutin hingga sekarang. Lebih lanjut lagi,
masalah ini dapat dipandang sebagai konflik antarnegara. Untuk lebih memahami
masalah ini, diperlukan suatu metode untuk menganalisis perilaku tiap negara.
Teori permainan adalah konsep matematika yang digunakan untuk menganalisis
konflik dari sejumlah individu. Dengan teori permainan, negara-negara di ASEAN
dapat dipandang sebagai pemain. Dengan model permainan diferensial, stok polusi
pada suatu negara direpresentasikan sebagai keadaan sistem. Polusi dari suatu
negara dapat mempengaruhi polusi pada negara tetangganya. Selama permainan,
negara di ASEAN dapat mengambil keputusan berupa tingkat investasi ke kebijakan
ramah lingkungan. Ketika negara ingin mengoptimasi keadaan mereka, negara
akan meminimalkan biaya polusi. Biaya polusi didefinisikan oleh biaya lingkungan
akibat aliran polusi dan biaya pelaksanaan kebijakan ramah lingkungan.
Pada penelitian ini, negara-negara di ASEAN ditinjau dengan tiga jenis perilaku,
yaitu nonkooperatif, imitasi biasa, dan imitasi tingkat lanjut. Pada perilaku nonkooperatif,
negara ingin mengoptimasi keadaan mereka masing-masing. Pada perilaku
imitasi biasa, negara memilih untuk meniru keputusan negara lainnya dengan
meninjau rata-rata perbedaan strategi investasi dengan negara tetangga. Pada
perilaku imitasi tingkat lanjut, negara tetangga yang sukses memiliki biaya polusi
yang rendah punya pengaruh lebih besar. Ketika negara-negara ASEAN berperilaku
nonkooperatif, tiap negara dapat mereduksi stok polusi dan konvergen pada angka
yang kecil. Proses ini terjadi lama dengan waktu lebih dari satu dekade. Ketika
negara-negara ASEAN berperilaku imitasi, tiap negara juga dapat mereduksi stok
polusi hingga nol dengan waktu lebih cepat.