digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Final Project _ 19215050_ Muhammad Ramzi.pdf
PUBLIC Jufrizal Effendi, S.Sos

Perputaran tren yang cepat di industri fesyen berasal dari konsumsi berlebihan yang menyebabkan fesyen menjadi industri paling berpolusi kedua di dunia. Penyimpangan tersebut memunculkan gagasan yang disebut fesyen lambat (Slow Fashion). Dengan lebih bertanggung jawab terhadap lingkunan dan sosial, perusahaan fesyen lambat ingin menyampaikan nilai tersebut kepada konsumennya. Menggunakan storytelling untuk mengkomunikasikan nilai yang akan membangun hubungan dengan konsumennya. Sebagai gagasan yang baru di Indonesia, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses perusahaan fesyen lambat dan apa nilainya untuk membangun pemasaran dengan metode storytelling. Dengan penelitian kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur dengan empat (4) pendiri perusahaan fesyen lambat Indonesia. Selain itu, penelitian kuantitatif menggunakan kuisioner untuk 282 pengikut Instagram perusahaan informan dilakukan untuk mengukur faktor penting dalam storytelling. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan fesyen lambat di Indonesia fokus terhadap warisan budaya dan sumber daya lokal. Dengan tujuh (7) nilai dari mereka adalah kualitas daripada kuantitas, buatan tangan, prosesnya adalah suatu keharusan, pengelolaan limbah, kolaborasi, transparan, dan wabi-sabi. Menggunakan storytelling untuk memberikan nilai, membangun inspirasinya dari internal dan berfokus pada produk, proses, dan pengetahuan orang. Mengirimkannya melalui saluran online dan offline juga. Sebuah cerita berbasis ganjaran menjadi faktor paling penting dalam storytelling, dengan visual sebagai prioritas bentuk storytelling. Ini dapat dimanfaatkan untuk menciptakan storytelling yang lebih baik yang dapat membangun keterikatan emosional kepada konsumen dengan menerapkan edukasi pelanggan dari gerakan fesyen lambat.