Selama dua dekade terakhir, pengembangan material generasi baru untuk aplikasi
suhu tinggi telah dilakukan melalui pengembangan material baru yang dikenal
dengan istilah paduan entropi tinggi (high entropy alloys, HEA, ???????????????????????? ???? ????????????????).
Material ini menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk memberikan
kombinasi kekuatan suhu tinggi dan ketahanan terhadap korosi, sehingga
menjadikannya sebagai penelitian terdepan di bidang material logam lanjut. Paduan
Refraktori Entropi Tinggi (RHEA), yang sebagian besar terdiri dari logam
refraktori, telah menarik perhatian khusus karena berpotensi lebih unggul pada
operasi suhu tinggi dibandingkan paduan super berbasis nikel. RHEA ditandai
dengan titik leleh yang tinggi dan beberapa di antaranya memiliki stabilitas termal
yang luar biasa pada suhu tinggi. Karena faktor-faktor ini, pengembangan RHEA
diharapkan dapat menemukan aplikasi baru di lingkungan yang ekstrem. Namun,
paduan ini menunjukkan kegetasan yang ekstrem pada suhu kamar. Sejauh ini,
hanya beberapa sistem paduan seperti HfNbTaTiZr, NbTiVZr, HfNbTiZr, dan
HfNbTiV yang terbukti memiliki sifat yang cukup pada temperatur kamar.
Telah diketahui bahwa elemen refraktori dan paduannya dibatasi oleh ketahanan
oksidasi suhu tinggi yang buruk, tidak terkecuali RHEA. Untuk meningkatkan
ketahanan oksidasi, Al, Cr, dan Si ditambahkan untuk membentuk lapisan oksida
protektif seperti Al2O3, Cr2O3, dan SiO2. Penambahan logam non-refraktori ini
merupakan metode yang menjanjikan untuk meningkatkan ketahanan oksidasi pada
temperatur tinggi. Namun, penambahan Al, Cr, dan Si ke dalam RHEA memiliki
peluang besar untuk membentuk senyawa intermetalik yang tidak diinginkan dan
menyebabkan penggetasan pada material. Selain itu, penambahan unsur paduan
seperti Al, Cr, dan Si ke dalam paduan yang mengandung Zr atau Hf memiliki efek
yang terbatas karena pembentukan ZrO2 dan HfO2 yang secara termodinamika lebih
disukai dibandingkan dengan Al2O3, Cr2O3, dan SiO2.
Pesting, yang berarti disintegrasi substrat logam secara cepat akibat pengelupasan
lapisan oksida, merupakan proses yang tidak biasa yang dapat terjadi pada suhu
moderat 600-800 °C. Hingga saat ini, sebagian besar upaya penelitian berfokus
pada perilaku oksidasi pada suhu yang sangat tinggi, mengabaikan ketahanan
oksidasi pada suhu menengah antara 500 dan 800 °C, di mana pesting kemungkinan
besar terjadi pada RHEA. Sejauh ini, hanya ada dua artikel yang menjelaskan
kasus-kasus rinci tentang pesting pada RHEA yang menunjukkan minimnya
pengetahuan tentang pesting pada sistem paduan ini. Oleh karena itu, penelitian ini
mencoba untuk mengidentifikasi kisaran temperatur terjadinya pesting pada paduan
RHEA baru AlxHfNbTiV. Perilaku oksidasi dan struktur mikro lapisan oksida dari
RHEA AlxHfNbTiV yang ditambahkan unsur minor Y, dengan x bervariasi dari
0,75 hingga 1,25, diselidiki dalam penelitian ini.
Sintesis material RHEA baru yaitu AlxHfNbTiVY0,05 telah berhasil dilakukan
dengan teknik peleburan busur listrik. Hasil peleburan dipotong menjadi potongan
berupa kupon dengan luas permukaan berkisar 200 hingga 250 mm2. Investigasi
struktur mikro dan analisis difraksi sinar-X (XRD) menunjukkan terbentuknya
struktur mikro yang tidak seragam dengan adanya pemisahan daerah dendritik dan
interdendritik. Penambahan Al dalam jumlah rasio molarnya menghasilkan fasa
amorf dengan sedikit senyawa intermetalik meskipun perhitungan termodinamika
menunjukkan nilai ?Hmix = -16,2 kJ.mol-1 dan parameter ? = 5,8% yang memenuhi
kriteria pembentukan fasa tunggal larutan padat. Penambahan unsur minor Y
sedikit meningkatkan nilai ?Hmix yang mampu mendorong pembentukan senyawa
intermetalik.
Pengujian oksidasi dengan udara kering pada suhu moderat 700-900 °C dilakukan
pada seluruh model paduan. Pada suhu 700 °C, seluruh model paduan mengalami
pesting dengan ditemukan dua mekanisme pesting yang berbeda. Paduan tanpa
penambahan Al dan Y mengalami pesting yang diakibatkan pembentukan oksida
TiNb2O7 dari reaksi solid-state antar oksida Nb2O5 dan TiO2 disertai dengan
penguapan oksida V2O5 yang mempercepat pengelupasan lapisan oksida.
Sedangkan, penambahan Al dan Y pada paduan menyebabkan pembentukan fasa
intermetalik NbAl3 dan fasa Laves NbAl2 yang menginisiasi pembentukan oksida
non-protektif AlNbO4 yang tumbuh cepat dan terkendali oleh aktivitas Nb.
Pembentukan oksida AlNbO4 semakin mempercepat proses pengelupasan lapisan
oksida yang sebelumnya telah terjadi akibat pertumbuhan oksida Nb2O5 dan
TiNb2O7 serta penguapan oksida V2O5. Meskipun demikian, kandungan Al yang
lebih tinggi memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap pesting pada suhu
700 °C. Sedangkan pada suhu 900 °C, peningkatan kandungan Al mengubah laju
oksidasi paduan dari hampir linier menjadi hampir parabolik. Pada penelitian ini
dapat ditentukan juga bahwa suhu 800 °C merupakan suhu transisi antara pesting
dan mekanisme oksidasi linier atau parabolik yang dipengaruhi oleh kandungan Al
dan penambahan unsur minor Y.