digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 - Auditya Faiz Putra
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - Auditya Faiz Putra
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - Auditya Faiz Putra
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - Auditya Faiz Putra
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - Auditya Faiz Putra
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Auditya Faiz Putra
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Umumnya, teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu dalam proses manajemen biaya siklus hidup bangunan atau building life cycle. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa biaya pada fase operasional bangunan merupakan kontributor utama yang menentukan besaran biaya siklus hidup bangunan. Saat ini, penggunaan Building Information Modeling (BIM) mayoritas dimanfaatkan pada fase desain dan teknik untuk proyek-proyek besar. Pelaksanaan BIM pada fase operasi dan pemeliharaan masih menjadi hal yang dikembangkan. Namun diberitakan bahwa saat ini, kontraktor di Indonesia sudah mulai mengadopsi penerapan BIM 7D pada proyek-proyeknya meskipun jumlahnya masih minim. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis sejauh mana penerapan BIM 7D pada salah satu proyek studi kasus dengan merujuk sejumlah standar dan literatur pelaksanaan BIM 7D sehingga dapat menjadi pembelajaran penggunaan BIM 7D yang lebih efektif kedepannya. Proyek yang ditinjau adalah proyek Pembangunan Menara Mandiri Wijayakusuma, Jakarta. Pengumpulan data implementasi BIM 7D dilakukan dengan menggunakan metode wawancara kepada salah satu tim proyek BIM yaitu kontraktor. Hasil implementasi yang didapat akan dianalisis kesesuaiannya terhadap implementasi ideal BIM 7D yang diformulasikan berdasarkan sejumlah standar internasional dan nasional serta literatur penelitian terkait. Dari hasil literatur, teridentifikasi 13 faktor tinjauan implementasi BIM yang meliputi faktor teknikal, organisasi, proses, dan legal. Analisis pada studi kasus menghasilkan bahwa 4 faktor belum sesuai pelaksanaannya dan memerlukan perbaikan, 8 faktor sudah sesuai, dan terdapat 1 faktor yang implementasinya tidak diketahui. Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa masalah dari penerapan BIM 7D pada proyek menara Mandiri Wijayakusuma didasari oleh pihak pengguna jasa belum merencanakan penerapan BIM hingga 7D sejak fase awal. Hal itu dapat disebabkan karena kegiatan manajemen fasilitas berbasis BIM dianggap belum menjadi kebutuhan dalam proses bisnis pihak pengguna jasa. Peningkatan pemahaman pihak pengguna jasa perlu dilakukan melalui sosialisasi atau pelatihan terkait dengan pentingnya perencanaan manajemen fasilitas serta manfaat yang dapat diberikan oleh BIM 7D pada pihak pengguna jasa. Dengan adanya pemahaman terkait dengan BIM 7D, diharapkan pelaksanaan manajemen fasilitas berbasis BIM dapat diinisiasi oleh pengguna jasa dan juga keterlibatan pengguna jasa dalam proses menjadi lebih besar sehingga manfaat yang dirasakan menjadi lebih efektif.