digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Khidlir' Ali
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Asam-asam lemak adalah salah satu produk hulu pengolahan lemak atau minyak-lemak, yang dapat diolah lanjut untuk produksi bahan-bahan bakar nabati (BBN) maupun produk-produk oleokimia. Karena ini, makin rendah biaya produksi asam lemak maka akan kian berkelayakan ekonomi dan kian tinggi daya saing industri berbasis nabati terhadap industri berbasis fosil. Dewasa ini, asam-asam lemak relatif masih mahal, karena lazim diproduksi dengan teknologi Colgate-Emery yang menghidrolisis trigliserida oleh air tanpa katalis pada temperatur dan tekanan tinggi (? 50 bar, 250 oC). Karena ini, dibutuhkan teknologi hidrolisis alternatif yang beroperasi pada tekanan rendah (? atmosferik) dan temperatur paling tinggi di sekitar titik didih normal air, sehingga berpotensi menghasilkan asam-asam lemak yang relatif murah. Aveldano dan Horrocks (1983) berhasil menghidrolisis sempurna minyak lemak dalam waktu hanya 45 menit pada 100 °C atau 4 jam pada 70 °C dengan menggunakan larutan ½ M HCl di dalam campuran asetonitril – air bernisbah 90/10 v/v (atau 71/10 w/w), tetapi pada perbandingan minyak/larutan-penghidrolisis relatif kecil (? 50 g/L). Penelitian yang hasilnya dilaporkan di sini, mengksplorasi kemungkinan diterapkannya sistem hidrolisis Aveldano dan Horrocks tersebut pada nisbah minyak/larutan-penghidrolisis yang jauh lebih besar. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perbandingan minyak/larutan-penghidrolisis 370 g/L, hidrolisis minyak-lemak yang praktis sempurna dapat dicapai dalam waktu sekitar 25 jam pada kondisi refluks (? 76 oC) dengan larutan penghidrolisis 0,4 M HCl dalam pelarut asetonitril – air bernisbah 80/18 w/w. Untuk mempersingkat waktu proses menjadi ? 4 jam, hidrolisis/refluks tampaknya perlu dilakukan pada temperatur lebih tinggi, yaitu 98 oC (tekanan operasi 2 bar) atau 112 oC (tekanan operasi 3 bar). Studi “titrasi asam basa” menunjukkan kelainan tingkat keasaman dan kandungan ion H+ larutan penghidrolisis (akibat kehadiran dominan asetonitril) dari larutan akuatik HCl bermolaritas sama dan, karenanya, membantu menerangkan alasan-alasan keaktifannya.