digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

COVER Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 1 Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 2 Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 3 Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 4 Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 5 Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

PUSTAKA Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

LAMPIRAN Vina Sabrina
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Kejadian hujan pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) 2022 di wilayah Halmahera Utara sering kali tidak terprediksi dengan baik dalam model prakiraan cuaca skala regional. Hal ini diduga karena adanya pengaruh sirkulasi lokal yang dapat menyebabkan terjadinya hujan pada periode tersebut. Fenomena lokal yang dapat mempengaruhi dinamika cuaca di wilayah pesisir adalah sirkulasi angin laut / Sea Breeze Circulation (SBC). Pada penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat perbedaan pola spasial curah hujan di sekitar pesisir pulau besar dan pulau kecil yang pola diurnal curah hujannya dipengaruhi oleh SBC. Pada pulau besar intensitas hujan paling maksimum terjadi di daerah pegunungan, sementara pada pulau kecil terjadi di tengah pulau. Hal tersebut sesuai dengan kondisi topografi dan morfologi garis pantai wilayah Halmahera Utara. Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap kondisi klimatologi dan sinoptik menggunakan data reanalisis serta analisis terhadap data observasi dari stasiun dekat pesisir dan di dalam pulau untuk membuktikan bahwa kejadian hujan pada JJA 2022 dipengaruhi oleh faktor lokal. Kemudian verifikasi data luaran model dengan data observasi stasiun meteorologi dilakukan dengan perbandingan spasial data luaran model dan data observasi radar, perbandingan nilai parameter secara diurnal serta melalui perhitungan statistik menggunakan metode Root Mean Square Error (RMSE) untuk mengukur kemampuan model dalam memprediksi cuaca. Tahap terakhir adalah menyimulasikan fenomena atmosfer dan kondisi meteorologi tersebut menggunakan model Weather Research and Forecasting (WRF) dengan metode downscaling tiga domain untuk meningkatkan resolusi luaran model agar dapat mengungkap dinamika proses terjadinya hujan dan hubungannya dengan topografi dan SBC pada periode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi klimatologi pada periode tersebut memiliki rata-rata curah hujan yang mengalami penurunan, namun masih terdapat potensi terjadinya aktivitas konvektif, aliran angin sinoptik yang lemah namun kondisi atmosfer tidak stabil dan berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif. Berdasarkan hasil observasi terdapat anomali curah hujan pada beberapa sampel hari hujan dibandingkan dengan kondisi ratarata curah hujan pada periode JJA 2022. Pada sampel hari hujan yang digunakan terjadi perubahan kondisi paremeter meteorologi berupa penurunan suhu udara permukaan, peningkatan kelembapan relatif dan peningkatan kecepatan angin yang iii menandakan adanya pengaruh SBC. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa model WRF dengan peningkatan resolusi mampu menyimulasikan kondisi cuaca pada periode JJA 2022 dengan baik dalam menggambarkan variasi diurnal berbagai parameter cuaca serta dalam menggambarkan pola spasialnya. Hasil luaran model menunjukkan bahwa hujan yang terjadi pada periode JJA 2022 disebabkan karena pengaruh topografi terhadap SBC. Pada pagi hari wilayah pesisir masih dipengaruhi oleh angin darat, ketika daratan mengalami pemanasan angin laut mulai berpropagasi kedalam pulau dan menyebabkan perubahan kondisi meteorologi seperti peningkatan mixing ratio, curah hujan, penurunan kelembapan relatif dan suhu udara permukaan. Curah hujan paling lebat terjadi di tengah pulau dekat pegunungan. Hal ini disebabkan oleh keberadaan topografi yang menyebabkan masa udara tertahan. Keberadaan topografi kompleks di wilayah Halmahera Utara berupa variasi topografi berperan dalam menghambat propagasi SBC yang menyebabkan terbentuknya konvergensi angin laut setelah SBC melewati pegunungan, keberadaan konvergensi angin laut membentuk deep convection di atas pegunungan yang ditandai dengan keberadaan lapisan lembap yang tebal di atas pegunungan dan menghasilkan hujan. Kompleksitas morfologi garis pantai dalam hal ini keberadaan teluk dan pulau yang dekat dengan pulau Halmahera menyebabkan aliran angin mengalami divergensi di bagian timur Halmahera Utara dan mendorong terjadinya konvergensi di bagian Utara. Oleh karena itu SBC dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan prediksi cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem di wilayah Halmahera utara khususnya pada periode JJA.