digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Siti Rahmah Rusdi
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kabupaten Lebak adalah salah satu kabupaten di Indonesia banyak mengalami bencana tanah longsor. Untuk mengurangi risiko bencana dan melindungi masyarakat dari dampaknya perlu dilakukan pemetaan bahaya longsor. Longsor sering kali terjadi setelah hujan lebat, ada dugaan bahwa air hujan sebagai penyebab/pemicu utama dari sebuah kejadian longsor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis curah hujan serta korelasi antara Soil Moisture Index (SWI) dan Soil Water Index (SMI) di Kabupaten Lebak dengan menggunakan data penginderaan jauh seperti GPM Imerg, Landsat 8, Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Terra dan Metop Ascat. Teknologi penginderaan jauh memberikan kontribusi yang baik bagi proses penelitian, terutama untuk penelitian yang mencakup wilayah yang luas dan dalam jangka waktu yang lama. Soil moisture index (SMI) atau indeks kelembaban tanah adalah metode untuk mengestimasi kelembaban tanah dengan menggunakan data algoritma dari sensor satelit seperti Land Surface Temperature (LST) dan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Lebak memiliki curah hujan yang cukup tinggi terutama pada musim basah dengan nilai berkisar antara 250 m-550 mm yang terjadi pada bulan Februari – April dan November - Desember. Musim kering terjadi pada bulan Juli – Agustus dengan curah hujan berkisar 0 – 120 mm. SMI dan SWI diklasifikasikan menjadi lima kelas yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil analisis Kelembaban menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah penelitian pada musim kering mimiliki kelembaban yang rendah sedangkan pada musim hujan memiliki kelembaban sedang. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan tidak ada korelasi antara soil moisture index dan soil water index