digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Fardiah Qonita Ummi Naila
PUBLIC Yoninur Almira


Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beragam respon yang diberikan oleh masyarakat perdesaan dalam menghadapi tantangan perdesaan. Inovasi sosial dinilai sebagai solusi mengatasi persoalan perdesaan karena mengacu pada tindakan, proses partisipatif dan hasil yang membawa perubahan dalam hubungan sosial, memberikan dampak pada pemberdayaan kolektif, pengaturan politik dan perbaikan terhadap sistem sosial. Saat ini penelitian mengenai inovasi sosial telah berkembang dengan tidak lagi hanya dipandang sebagai fenomena kemajuan ekonomi saja namun masih perlu ditingkatkan pada konteks negara berkembang karena adanya ragam karakteristik akibat perbedaan pengetahuan antara masyarakat dengan stakeholder eksternal yang terlibat dalam pembangunan perdesaan. Penelitian ini menggunakan studi kasus berganda untuk memahami mekanisme inovasi sosial dengan model inisiasi pembangunan secara bottom-up dan top-down sehingga dapat dibandingkan pada kedua kasus bagaimana kontribusi terhadap perubahan inovasi sosial yang terjadi secara transformatif pada konteks perdesaan. Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan tahapan analisis yaitu reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan validitas. Penelitian ini menghasilkan wawasan baru mengenai kerangka konseptual inovasi sosial transformatif perdesaan dengan membedakan model inisiasi yang dilakukan secara bottom-up dan top-down. Inovasi sosial transformatif diidentifikasi dari fase diversifikasi pendapatan, peningkatan kapasitas masyarakat, dan transformasi praktik tata kelola lokal dan perencanaan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa fase peningkatan kapasitas masyarakat sebagai kunci keberhasilan inovasi sosial yang bersifat transformatif dimana pada fase ini, terjadi penyamaan persepsi yang mendorong perubahan sosial secara dramatis. Hasil penelitian pada kedua studi kasus menunjukkan bahwa fase transformasi tata kelola tidak selalu melibatkan lembaga formal dalam mempertahankan transformasi melalui dukungan terhadap akses sumber daya yang dibutuhkan dalam melanjutkan inovasi.