Urbanisasi yang pesat dan proyeksi pertumbuhan populasi dunia hingga tahun
2050 menunjukkan peningkatan signifikan populasi perkotaan, khususnya di Asia.
Kota-kota global menghadapi tantangan berupa padatnya pemukiman,
keterbatasan infrastruktur, dan masalah lingkungan. Dalam konteks ini, konsep
"livable city" menjadi penting untuk menjawab kebutuhan akan kota yang layak
huni. Kota Bandar Lampung, sebagai average tier city dalam Indonesia Most
Livable City Index 2022, menghadapi urgensi peningkatan kelayakhunian sebagai
Pusat Kegiatan Nasional. Penelitian ini dilatarbelakangi untuk mengatasi
kurangnya strategi dan indikator yang bersifat subyektif dalam menilai
kelayakhunian Kota Bandar Lampung dan belum banyak kajian yang
mempertimbangkan data sekunder untuk menilai kualitas kelayakhunian.
Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi untuk meningkatkan kelayakan huni
Kota Bandar Lampung sebagai solusi dalam mencapai kota yang layak huni.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mix method dengan metode analisis
deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif (analisis GAP).
Indikator kelayakhunian Kota yang tersusun dalam penelitian ini sebanyak 54
indikator yang terbagi kedalam 13 aspek. Berdasarkan hasil pengukuran indikator
kelayakhunian di Kota Bandar Lampung hanya 33,33% indikator yang telah
sesuai standar atau tercapai dan hanya 4 aspek (perumahan, ketahanan pangan,
pendidikan, peribadatan) yang tercapai. Dalam rangka meningkatkan kualitas
kelayakan Kota Bandar Lampung, perhatian harus difokuskan pada beberapa
aspek kunci. Pertama, perbaikan perlu dilakukan dalam aspek ruang terbuka,
budaya, dan olahraga. Selanjutnya, penting untuk memperhatikan aspek limbah,
energi, dan telekomunikasi. Selain itu, perbaikan diperlukan pada aspek
transportasi dan tata kota. Sementara itu, peningkatan pada aspek lingkungan
alam, kesehatan, air bersih serta penduduk dan kondisi sosial juga harus menjadi
prioritas. Upaya holistik ini diperlukan untuk meningkatkan kelayakan Kota
Bandar Lampung secara keseluruhan.