2024 TA PP ANDINA CALISTA UTAMI 1.pdf
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Karya Tugas Akhir ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap kisah dari sosok
Bhatari Durga. Paradoks dari sifat dan wujud yang menggambarkan sosok Bhatari
Durga pada relief candi serta kidung di Indonesia. Perempuan masih
memperjuangkan hak untuk hidup sebagai identitas mereka sendiri yang terpisah
dari laki-laki untuk diterima dalam lingkungan ini, perempuan dituntut untuk
memenuhi cetakan sempit yang membangun asumsi-asumsi gender. Mengambil
inspirasi dari dualiatas sosok Bhatari Durga, penulis Melalui “KOMPLEKSITAS
PEREMPUAN DALAM PERSONIFIKASI BHATARI DURGA” penulis hendak
menghadirkan bagaimana maskulinitas dan femininitas secara bersamaan hadir
berpadu pada hakikat manusia—termasuk bagi seorang perempuan. Penulis
merumuskan visual-visual yang dapat merepresentasikan sosok sempurna seorang
perempan dalam perwujudan dualitas sifat dan sosok yang ada dalam Bhatari
Durga. Penulis membuat turunan kata kunci dari dualitas sebagai patokan visual
yang akan dikejar. Sebagai basis pembuatan karya penulis menggunakan teori
paradoks dwitunggal dalam buku estetika paradoks serta seni sebagai representasi.
Proses penciptaan karya dimulai dengan kaji teori yang berkaitan dengan karya.
Dilanjutkan dengan memotret model serta membuat komposisi dan memanipulasi
visual. Dari hasil potret yang terkumpul penulis seleksi enam sketsa yang paling
sesuai dengan kata kunci, dari foto terpilih penulis coba buat sketsa diatas kanvas
yang telah di lapisi warna dasar. Penulis memanfaatkan cahaya buatan saat
pemotretan dan manipulasi visual dengan cara timpang tindih (overlapping).
Alterasi visual utama terjadi pada warna. Warna yang dihasilkan timpang tindih
dengan warna dibawahnya menciptakan visual dengan rangkaian warna yang
banyak. Pada akhirnya karya ini merupakan hasil proses pemikiran penulis sebagai
wujud manifestasi perempuan yang divisualisasikan melalui sifat-sifat Bhatari
Durga yang dapat merepresentasikan ambivalensi kekuatan dan kelembutan dari
seorang perempuan. Demikian penulis meminjam representasi Durga dan Uma
dalam mengemukakan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai keutuhan adalah
dengan menerima seluruh sisi dalam diri, baik yang diterima dan diharapkan oleh
masyarakat luas, maupun sisi diri yang seringkali sengaja ditutupi.