digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Satuan Tugas Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada tahun 2030 ditargetkan pemerintah mencapai produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan produksi gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). SKK Migas melaui PT. Pertamina EP harus mencari lapangan untuk dilakukan pengeboran dalam rangka untuk mencapai target yang sudah di tetapkan. Struktur Pasirjadi merupakan salah satu ladang milik PT. Pertamina EP yang masih memiliki cadangan gas yang cukup banyak. Untuk mencapai target tersebut, disusun rencana kerja pengeboran sebanyak 4 (empat) sumur yang ditargetkan selesai di tahun 2024. Dari histori pengeboran di struktur pasirjadi, selalu terjadi loss sirkulasi saat mengebor lapisan parigi. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah terjadinya loss sirkulasi di lapisan parigi saat pelaksanaan pengeboran 4 (empat) sumur di struktur pasirjadi. Metode fish bone diagram digunakan untuk mencari beberapa kemungkinan penyebab terjadinya loss sirkulasi di pasirjadi. Dari beberapa kemungkinan factor penyebab selanjutnya ditentukan faktor penyebab utama dengan metode brainstorming yang melibatkan subject matter expert yang ada di Pertamina EP zona 7. Metode brainstorming juga digunakan untuk menentukan beberapa alternatif solusi dengan merubah design dan operasi pengeboran yang akan dilaksankan, alternatif solusi tersebut yaitu: (1) Pilot hole, (2) Intermediate casing, (3) Additional tayek 6”, (4) Casing while drilling. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) menggunakan software super decision digunakan untuk memilih solusi terbaik dari alternatif solusi yang ada berdasarkan kriteria: well cost, drilling time, HSE aspek, well integrity, operability dan maintainability. Berdasarkan hasil analisis AHP didapatkan bahwa additional trayek 6” merupakan pilihan terbaik, dengan nilai mencapai 40.5%. Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat strategi dan rencana dari solusi terbaik yaitu additional trayek 6”, sehingga dapat terlaksana sesuai dengan waktu, biaya, dan tidak ada kendala aspek safety. Rencana pelaksanaan pengeboran harus dilaksankan dan dimonitor sesuai dengan time frame yang sudah dibuat dengan mempersiapkan sumberdaya : biaya, material dan orang.