digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Septian Helmi Dermawan
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Septian Helmi Dermawan
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Septian Helmi Dermawan
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Septian Helmi Dermawan
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Septian Helmi Dermawan
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Septian Helmi Dermawan
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Septian Helmi Dermawan
PUBLIC Alice Diniarti

Tumbuhan paku-pakuan (Pteridophyta) merupakan komunitas tumbuhan yang memiliki potensi cukup besar, baik secara ekologi maupun sosial ekonomi. Tumbuhan paku-pakuan secara ekonomi banyak digunakan sebagai tanaman hias. Pengambilan paku-pakuan dari alam secara tidak berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman kelompok paku-pakuan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan mendesain strategi pengelolaan tumbuhan paku-pakuan. Penelitian ini dilakukan di Desa Cikole dan Cihideung, Hutan Lindung Cikole, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara, survei ekologi, dan analisis SWOT. Data yang diambil dengan wawancara meliputi kegunaan, penjualan, intensitas pengambilan paku dari alam dan persepsi mengenai konservasi tumbuhan ini. Wawancara dilakukan kepada masyarakat Desa Cihideung dan Cikole yang terlibat dalam jual beli paku. Selain itu, dilakukan survei tumbuhan paku dengan cara mengestimasi ukuran populasi masing-masing jenis paku yang ditemukan dikali dengan total luas kawasan hutan. Berdasarkan hasil wawancara kepada 43 orang masyarakat lokal dan 10 perwakilan stakeholder (KPH Perum Perhutani, Orchid Forest, BBKSDA Jawa Barat, PT. Graha Rani Putra Persada, dan Aparat Desa Cihideung dan Cikole), diketahui bahwa sebanyak enam jenis paku-pakuan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, diantaranya Paku Sayur (Diplazium esculentum), Paku Gunung (Nephrolepis exaltata), Paku Harupat (Nephrolepis bisserata), Paku Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum), Paku Sarang Burung (Asplenium nidus), dan Paku Pohon (Cyathea spp.). Hasil survei ekologi di kawasan Gunung Tangkuban Perahu menunjukkan bahwa estimasi jumlah paku gunung ditemukan sebanyak 488.040 - 926.280 individu, paku harupat 244.020 - 639.100 individu, paku sayur 244.020 - 732.060 individu, paku sarang burung 244.020 - 957.820 individu, paku tanduk rusa 244.020 - 639.100 individu, dan paku pohon 16.600 - 34.860 individu. Paku gunung merupakan paku yang paling banyak diminati oleh masyarakat, oleh karenanya pengambilan paku ini tercatat paling banyak (6.224 individu/tahun). Paku pohon merupakan jenis yang memiliki nilai ekonomi tinggi sekitar Rp 1.238.333 per pohon sehingga keuntungan penjual paku pohon ini bisa mencapai Rp 4.946.666 per bulan. Faktor-faktor seperti tingginya intensitas pengambilan, belum adanya aturan yang spesifik, dan pengawasan yang minim dari pengelola kawasan dapat menurunkan populasi tumbuhan paku di kawasan Tangkuban Perahu. Oleh karena itu, pentingnya untuk menyusun strategi pengelolaan untuk konservasi tumbuhan paku-pakuan. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang dipilih adalah strategi ST (Strength-Threat) atau diversifikasi dengan rekomendasi rencana strategi pengelolaan yang dilakukan yaitu: (1) membuat aturan yang spesifik mengenai tumbuhan paku-pakuan oleh pengelola kawasan; (2) menyusun rencana pengelolaan bersama masyarakat dan pihak terkait; dan (3) memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai tumbuhan paku-pakuan oleh tenaga ahli.