digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800







2024_TS_PP_WINNE_RIESKY_ALIFAH_DAFUS.pdf
EMBARGO  2027-01-17 

2024_TS_PP_WINNE_RIESKY_ALIFAH_LAMPIRAN.pdf
EMBARGO  2027-01-17 

Ekowisata merupakan contoh pariwisata berkelanjutan yang mengkombinasikan kepentingan industri pariwisata dengan para pecinta lingkungan. Ekowisata dapat dilakukan di area hutan mangrove karena hutan mangrove menawarkan beragam potensi sumber daya alam, bentang alam, flora, fauna, dan kegiatan sosial ekonomi yang menarik sebagai objek dan daya tarik ekowisata. Pengembangan ekowisata melibatkan partisipasi masyarakat local, sehingga dianggap penting untuk melihat proses transisi yang terjadi pada pengembangan ekowisata yang merujuk pada konservasi yang dipelopori oleh masyarakat setempat. Sehingga dalam hal ini perlu melihat adanya proses tersebut pada pengembangan ekowisata hutan mangrove munjang di Desa Kurau Barat Pulau Bangka. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi proses transisi perkembangan ekowisata mangrove munjang dengan melihat melalui multi-level perspective yang mencakupi level landscape, regime, dan niche serta mengidentifikasi pola fit and stretch pada perkembangan ekowisatanya. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara kepada pemangku kepentingan yang ada dalam proses pengembangan ekowisata mangrove munjang diantaranya yaitu pengelola, pemerintah, masyarakat di sekitar Desa Kurau Barat. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya eksploitasi yang mengakibatkan kemunculan inisiasi perlindungan wilayah untuk menjaga daerah sekitar daerah hutan mangrove yang kemudian berkembang seiring berjalannya waktu hingga saat ini berubah menjadi suatu fungsi aktivitas wisata yang memberikan edukasi dan hiburan yang saat ini dikenal dengan ekowisata mangrove munjang, kemunculan inovasi lainnya dipengaruhi dengan adanya keterkaitan antara actor pada tiap levelnya seperti pada level landscape, regime, dan niche.