Indonesia menargetkan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 pada saat
Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2021 di Glasglow,
Inggris. Studi ini menyelidiki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan dalam investasi penggantian pembangkit listrik tenaga batu bara: Faktor Politik,
Ekonomi, Sosial, Teknologi, Lingkungan, dan Hukum (PESTEL). Metode Fuzzy Analytical
Hierarchy Process (AHP) digunakan dan 10 orang ahli dari Indonesia dan Jepang yang
memiliki pengalaman dalam investasi proyek-proyek penggantian PLTU Batubara di
Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini selama satu bulan. Metode Fuzzy AHP
digunakan karena metode ini mempertimbangkan ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan, seperti pemikiran dan persepsi manusia. Kelayakan ekonomi dan hukum
ditemukan sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan
untuk melakukan mitigasi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Selain itu, pembangkit
listrik tenaga gas ditemukan sebagai alternatif yang optimal untuk memitigasi PLTU
Batubara. Mengacu pada biaya listrik yang diratakan (LCOE), terungkap bahwa
pembangkit listrik tenaga panas bumi juga merupakan alternatif yang memungkinkan,
namun, perusahaan swasta mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses sumber tenaga
panas bumi karena dikelola oleh pemerintah Indonesia. Studi ini memberikan wawasan dan
alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk menggantikan ketergantungan saat ini pada
pembangkit listrik tenaga batu bara dan untuk mencapai potensi penuh dalam karbonisasi
rendah, dekarbonisasi, dan emisi nol bersih di Indonesia.