Energi panas bumi dianggap sebagai sumber energi bersih, terbarukan, dan dapat
diandalkan, dengan Indonesia memiliki pangsa yang signifikan dari sumber daya panas bumi
dunia. Meskipun potensinya besar, hanya sebagian kecil yang telah dimanfaatkan. PT
Pertamina Geothermal Energy dengan kapitalisasi pasar sebesar IDR61,8 triliun,
mengoperasikan 13 pembangkit listrik panas bumi dengan total kapasitas 1.877 MW dan
memiliki rencana untuk memperluas kapasitasnya sebesar 600 MW pada tahun 2028.
Penelitian ini mendalami tantangan yang dihadapi oleh PGEO. Salah satu aspek kunci dari
ini adalah potensi perdagangan karbon sebagai sumber pendapatan bagi PGEO. Di tengah
pasar kredit karbon yang berkembang pesat, didorong oleh inisiatif perubahan iklim global,
kemajuan regulasi, komitmen keberlanjutan perusahaan, dan peningkatan minat investor,
penelitian menilai prospek pertumbuhan sumber pendapatan baru ini. Analisis tersebut
menghasilkan pendapatan dari kredit karbon sebesar 0,75% - 11% dari total pendapatan
pada tahun 2033.
Penelitian ini menganalisis kondisi eksternal dan internal perusahaan, serta meramalkan
baik bisnis tradisional pembangkit listrik maupun kegiatan perdagangan karbon yang sedang
berkembang. Menggunakan metode valuasi absolut seperti DCF dan metode valuasi relative,
saham PGEO dinilai sebesar IDR1.469 - IDR 1.862, menunjukkan bahwa harga sahamnya
berada di bawah harga wajar.